12. Berakhirnya Ben & Luna

305 51 57
                                    

Arjuna terlihat berjalan kesana-kemari seperti setrika di teras rumah.

Dirinya mendadak di serang rasa khawatir saat membiarkan Luna pergi bersama Ben, padahal Ben itu adalah calon suami Luna. Tetapi entah mengapa Arjuna merasa tidak tenang sendiri saat mengingat raut tak nyaman Luna saat berpamitan dengannya tadi.

"Susulin aja kali ya?", monolog Arjuna.

"Ah gak usah deh, tadi kata Luna perginya gak lama"

Sementara itu Luna dan Ben sudah duduk bersebelahan di kursi taman yang masih berada di komplek perumahan.

"Luna, apa kabar?", tanya Ben yang berusaha memecah keheningan di antara mereka berdua.

Luna terkekeh sarkas.

"Masih berani tanyain keadaanku setelah kamu kepergok jalan sama cewek lain seminggu yang lalu?"

"Lun, aku bisa jelasin"

"Ok, jelasin sekarang. Aku mau denger pembelaan dari kamu"

Ben terdiam, tak tahu ingin memulai penjelasannya dari mana.

Luna kembali mengeluarkan kekehannya, bukan kekehan sarkas seperti di awal tadi, tetapi kekehan lucu mengingat keadaan yang sedang ia alami sekarang.

"Ben, kita berhenti sampai di sini aja ya. Pejodohan ini gak perlu di lanjutin lagi. Gak ada cinta di sini. Kita bersama karena keinginan kedua orang tua kita. Ini bukan keinginan kita sendiri. Kamu bisa kembali lagi pada Mentari tanpa perlu menutup-nutupi hubungan kalian berdua"

"Lun, Mentari itu---"

"Aku udah tau Mentari itu siapa. Dia pacar kamu, sejak dua tahun lalu. Dan kalian masih menjalin hubungan sampai sekarang. Kamu tau gak? Setelah tau satu fakta itu, aku merasa menjadi perempuan paling berdosa karena telah merebut kekasih orang lain. Selama seminggu belakangan ini aku hidup dengan di hantui rasa bersalah. Aku gak bisa tenang saat tau ada perempuan lain yang tersakiti karena aku. Jadi, ayo kita berhenti sampai di sini. Kamu bisa ngomong ke orang tua kamu, dan aku bisa ngomong ke orang tuaku. Kita gak bisa bersama dan hidup bahagia, Ben. Bahagianya kamu itu bukan aku. Aku gak mau kita berakhir saling menyakiti satu sama lain. Jadi, ayo berhenti. Kamu bisa ngejar kebahagiaan kamu, begitupun aku"

"Tapi aku cinta sama kamu, Luna. Aku gak mau perjodohan ini batal. Aku pengen nikah sama kamu. Aku pengen hidup bahagia bersama kamu"

"Enggak, kamu gak cinta sama aku"

"Aku cinta sama kamu"

"Ok. Aku minta kamu buat pilih satu jawaban yang pasti. Aku atau Mentari?"

"Luna ayolah jangan kayak gini"

"See? Kamu bahkan gak bisa milih, Ben. Terserah kamu maunya kayak gimana, yang pasti aku gak mau ngelanjutin perjodohan ini. Aku gak bisa hidup bersama lelaki yang gak bisa menentukan pilihan hidupnya. Aku butuh sosok lelaki yang tegas dan mengerti apa keinginannya. Aku udah punya bayangan seperti apa keluarga impian yang ingin aku bangun bersama suamiku kelak dan aku rasa kamu bukanlah lelaki yang tepat. Bukan kamu orangnya"

Luna menatap Ben dengan sorot mata tegas.

"Aku bakalan ngomong ke orang tuaku tentang hal ini. Kalau kamu gak berani ngomong ke mama dan papa kamu, biar aku yang ngomong langsung ke mereka"

"Luna"

"Makasih buat lima bulan ini, aku harap kamu bisa lebih tegas lagi ke diri kamu sendiri. Aku harap kamu bisa mengerti apa keinginan kamu. Tolong sampaikan salam aku ke Mentari, mungkin nanti aku bakalan minta maaf langsung ke Mentari nya. Jangan sakitin Mentari lagi, Ben. Dia itu sumber kebahagiaan kamu. Dan ini..."

[✔]𝐋𝐮𝐧𝐚 & 𝐀𝐫𝐣𝐮𝐧𝐚 || 𝐉𝐮𝐧𝐒𝐡𝐢𝐡𝐨/𝐌𝐚𝐬𝐡𝐢𝐊𝐲𝐮Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang