15

1K 105 128
                                    



Wahhhh, komentarnya bertambah😭🙏 makasih banyak kepada semua orang yang sudah meramaikan komentar... semoga semakin bertambah seiring berjalannya waktu🙏

Intinya jangan lupa selalu ramaikan paragraf dengan komentar asik kalian 🙏

Terimakasih..

















Terimakasih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





















Eida melemparkan sepiring makanan di hadapan seorang wanita yang terpenjara dalam tongkat besi milik Kawaki. Ia menatap datar perempuan tersebut seraya memutar malas bola matanya.

Jujur saja, dia lebih ingin membunuh wanita itu, Eida penasaran.... bagaimana nasib Boruto jika dia kehilangan perempuan ini? Ya... setidaknya akan lebih mudah mengambil Boruto setelahnya?

"Makanlah, sialan. Apa kau ingin keparat di dalam perutmu itu mati?"

Sumire melayangkan tatapan tajam, dia benar-benar tidak sanggup mendengar Eida mengata-ngatai janinnya setiap hari. Setiap hari! Selama dia terkurung disini.

Apalagi posisinya sekarang, Sumire kaki dan tangan Sumire dirantai. Membuatnya kesulitan untuk bergerak leluasa.

Harusnya pun Sumire sudah kehilangan janin di dalam perutnya akibat insiden tersebut. Saat Kawaki melempar dirinya bagai barang bekas. Namun Amado justru berhasil menyelamatkan kandungannya, Sumire pun rutin di beri makan dan juga obat untuk menjaga kandungannya tetap sehat.

Namun karena bebal, Sumire justru sering membuang makanannya sebagai bentuk pemberontakan. Hanya saja setelah itu ia justru mendapat penyiksaan hebat dari Code. Namun dari penyiksaan itu, mereka selalu berusaha menghindari area perut. Pun mencoba untuk tidak terlalu kasar padanya agar anak dalam kandungannya tidak kenapa-kenapa.

"Hey------!"

"Kau di panggil Amado."

Suara itu seketika membuat Sumire membuang muka. Ia sudah muak! Andai dia bisa bebas dari sini, Sumire berjanji akan memilih untuk bunuh diri dari pada harus menjadi mangsa Kawaki.

Eida mendesis jengkel, dia beranjak dari sana sementara Kawaki berjalan mendekatinya. Duduk di pinggiran ranjang memperhatikan wanita tersebut.

"Sini, ku suapi...."

"Pergilah, brengsek! Enyah dari pandanganku!"

PLAK!!

Sumire menahan rasa sakit pada bagian pipi ketika Kawaki memberikan sebuah tamparan kuat. Dia memang lebih berbahaya dari pada dulu, Kawaki tidak pandang bulu terhadap siapapun. Dia bisa membunuh siapa saja termasuk anak kecil sekalipun.

BEHIND THE WAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang