26

1K 93 106
                                    








Tembus 100 komentar baru aku lanjut. Yukk yuk.. mari ramaikan paragraf dengan komentar asik kalian...

Terimakasih,
















Terimakasih,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

















Suasana Konoha semakin terasa sepi, sudah banyak warga di ungsikan ke tempat yang lebih aman.

Bahkan pagi ini pun, satu persatu rumah di desa tersebut telah kosong. Banyak dari mereka menuju markas perlindungan, sisanya tersebar di beberapa desa yang jauh dengan mendapat pengawalan ketat dari para ninja.

Meski tujuan utama Kara adalah mengambil darah daging Boruto dan Sumire... mereka harus tetap mengutamakan keselamatan warga karena bisa jadi mereka akan menjadi korban dari peperangan nanti.

Penjagaan ketat tetap di lakukan di sekitar tempat persalinan Sumire. Mereka berjaga di beberapa sudut dengan persembunyian matang berdasar arahan Kakashi. Sang Hokage ke-enam telah menyiapkan perencanaan begitu baik, dia melakukan ini untuk meminimalisir penyusup yang mencoba masuk.

"Aku dengar Sarada memimpin aliansi dua, kau tak perlu mengkhawatirkan desa...."

Kakashi mendekatinya, memperhatikan wajah pria tersebut yang tidak tidur semalaman hanya untuk menjaga Sumire. Istrinya terus mengeluh kesakitan, mau bagaimana lagi? Mendekati persalinan.... Sumire memang harus mengalami kontraksi hingga pembukaan akhir.

"Tetap disini, apapun yang terjadi di Konoha.... tetaplah berada di dekat istrimu."

"Aku mengerti....."

Kakashi bicara begini karena dia tidak ingin peristiwa itu terulang lagi, kejadian saat Minato kecolongan mana kala Obito berhasil menyusup dan mengambil Naruto.

Meski bukan benar-benar salah Minato, tetap saja... Kakashi cuma mau fokus pria ini tetap pada istri dan anak mereka. Bukan yang lain.

"Sudah waktunya!" teriak si wanita paruh baya membuat Uzumaki Boruto langsung beranjak dan masuk kedalam ruangan tersebut.

Tubuhnya mendadak panas dingin, tangannya gemetaran, melihat Sumire kini tengah bersiap menghadapi proses kelahiran anak mereka. Ia berjalan mendekat, mengusap surainya tanpa bisa berbicara apapun sementara tatapannya memancarkan perasan khawatir.

Ia bahkan tidak sanggup mendengar jerit kesakitan wanita ini. Sumire sedang mempertaruhkan nyawanya untuk anak mereka.

"Sakit...... hiks, sakit......"

"Sumire-sama... tolong bertahan sebentar, kepalanya mulai terlihat...."

"Kau bisa, sayang.... kau bisa." ujar Boruto, berbisik lirih dengan memberi ciuman lama pada keningnya.

BEHIND THE WAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang