Terlalu banyak topeng yang digunakan hanya untuk menutupi rasa sakit dari dunia luar
_Shenina Arunika_
_______________
Hari buruk tidak selamanya hadir. Seperti roda yang berputar, hari buruk pasti terlewati dengan hari berikutnya. Entah akan ada hal baik atau justru hal buruk berikutnya, yang pasti hal buruk hari ini akan berlalu. Jika ada yang tertinggal, itu adalah kenangannya, bekas lukanya yang membutuhkan waktu untuk sembuh. Membiarkan pikiran kita terjebak dalam hal buruk yang kemarin terjadi, sama dengan membiarkan luka yang tercipta enggan untuk sembuh.
Itu adalah prinsip yang Shenina pegang. Ia selalu berpikir bahwa hari esok menyembuhkan rasa sakit yang ia dapat hari ini. Ia selalu menaruh harap pada hari esok yang datang, berharap jika bahagia yang ia inginkan hadir.
Karena itu, Shenina berangkat sekolah keesokan harinya setelah pemakaman Arumi. Tidak mudah bagi Shenina untuk ke sekolah disaat keadaannya tidak baik-baik saja. Namun, ia harus terus berjalan dan membiarkan rasa sakitnya terbiasa untuk sembuh.
Wajah sembab Shenina sudah membaik setelah semalaman ia kompres dengan air dingin. Hari ini, wajahnya terlihat seperti biasa. Cantik dan datar.
"Eh, kak Shenina,"
Langkah Shenina terhenti saat suara tidak mengenakkan terdengar di telinganya. Dengan malas, ia berbalik menatap seorang siswi yang berlari kecil kearahnya.
"Mau ke kelas ya, kak? "
Shenina hanya berdehem tak minat. Ia kembali berjalan dengan Esya di sebelahnya yang terus berceloteh.
"Oh ya, kemarin kak Shenina tahu nggak? Erga beliin aku buket bunga. Malam-malam datang ke rumah cuma buat ngasih buket bunga. So sweet banget kan?"
Wajah Shenina kian datar saat mendengar perkataan Esya. Gadis di sebelahnya ini sudah merusak mood paginya. Sepertinya, Shenina harus sedikit memberi pelajaran agar ia tidak sok akrab dan melewati batas.
"Esya Cantika Putri, anak bungsu dari pimpinan AoE group. Donatur ketiga di Tunas Bangsa. Gue dengar-dengar, AoE hampir bangkrut, ya? Untungnya udah ditampung sama WDT group. Gue nggak kebayang kalau Presdir WDT group narik suntikan dananya."
Esya menegang saat Shenina menyebutkan data diri tentangnya. Ia bertanya-tanya dari mana Shenina tahu semua itu?
"Kaget?" Shenina terkekeh sinis. Wajah Esya semakin pias saat melihat aura mengintimidasi dari Shenina. Esya menelan ludah saat Shenina menatapnya dengan tatapan datar.
"Lo tahu, nyari informasi tentang lo itu kecil. Gue bahkan tahu kalau lo adalah anak dari perselingkuhan nyokap lo, Eca," ucap Shenina membuat jantung Esya nyaris berhenti.
Esya menatap Shenina dengan mata berkaca-kaca. Ia semakin takut saat Shenina tahu tentang rahasianya. Kedua tangannya terkepal kuat.
"Well, menurut lo gimana kalau kabar ini tersebar? Reputasi lo, keluarga lo, gue nggak yakin akan tetap utuh." Shenina berbisik sembari tersenyum miring. Ia menikmati wajah ketakutan dan amarah dari Esya.
"Makanya, gue kasih tahu, jangan pernah bersikap seolah kita deket. Jangan pernah berpikir kalau lo dan gue bisa deket. Berhenti melewati batas dengan terus berurusan sama gue atau lo tanggung akibatnya."
Shenina berlalu meninggalkan Esya yang sedari tadi menatapnya dengan tatapan musuh. Setelahnya, Shenina mendengar teriakkan frustasi dari Esya. Hal itu membuat senyumnya mengembang. Ternyata, bermain sedikit sudah mampu mengembalikan perasaannya menjadi baik kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perayaan Kehilangan (Shenina) | | [END]
General FictionTentang Shenina Arunika dan segala hal rumit dalam hidupnya. Kehilangan yang mulai menjadi bagian hidupnya sejak kecil. Tentang masalah keluarga, cinta, dan cita yang datang bersamaan. Ia harus menjadi pelindung dan obat untuk orang lain disaat diri...