23. Impossible

28 2 0
                                    

Jika memang tidak bisa bersama, seharusnya semesta tidak perlu mempertemukan

_Shenina Arunika_

_________________

Shenina baru sadar saat dini hari. Ia melihat sekeliling dan mendapati dirinya di rumah sakit. Shenina meringis sembari membunyikan tulang punggungnya yang terasa kebas. Entah berapa lama ia berbaring, yang jelas seluruh sendi tulangnya terasa pegal.

Shenina meraih handphonenya di atas nakas. Matanya membulat saat melihat tanggal hari ini. 01 Maret. Tiba-tiba kepala Shenina terasa sakit. Beberapa kepingan memori berkumpul seperti puzzle. Namun, Shenina tidak begitu ingat apa yang terjadi hingga kini ia berada di tanggal 01 Maret, padahal kematian Aurora masih berada di bulan November.

Tak ingin semakin bingung, Shenina beranjak dan membawa infusnya keluar bangsal. Ia ingin menemui para bodyguard yang diutus untuk menjaganya. Karena tidak mungkin kakeknya membiarkannya sendiri tanpa penjagaan.

Namun, sepanjang koridor rumah sakit, Shenina tidak menemukan satu orang pun. Ia juga bertanya-tanya kenapa tidak ada penjaga ataupun perawat yang bertugas. Bahkan bangsal-bangsal terlihat gelap dan hanya ada lampu koridor yang menyala.

Entah kenapa kakinya membawa Shenina menuju rooftop rumah sakit. Langit malam dan udara dingin langsung menyapa Shenina ketika pintu rooftop ia buka. Namun, baru beberapa langkah, Shenina terkejut saat melihat seseorang berdiri di pembatas rooftop.

"Jo, kamu ngapain? Turun, Jo!" seru Shenina saat menyadari jika orang itu adalah Jo.

Jo tidak menggubris perkataan Shenina. Hal itu membuat Shenina berjalan mendekat dengan tertatih. Jangan lupakan infus yang masih ia pegang. Sakit dan nyeri yang ia rasakan tidak ada tandingannya saat melihat Jo dengan tindakan gilanya.

"Jo, kamu kenapa? Turun, ya? Jo, bahaya di sana!" kali ini Shenina berkata lembut, mencoba memberi pengertian kepada Jo. Jarak mereka tinggal beberapa langkah lagi. Namun, Jo tetap tidak menoleh dan mengurungkan niatnya.

Selang tiga detik, sebuah suara tembakan terdengar mengenai tubuh Jo hingga membuatnya limbung. Ketika itulah Jo berbalik menatap Shenina dengan mulut yang mengeluarkan darah. Senyum manisnya tersungging sebelum akhirnya tubuhnya jatuh ke bawah dengan keras.

"JO!"

"Aru!"

Mata Shenina terbuka lebar dengan napas tersengal. Ia menatap sekeliling dengan linglung. Di sebelahnya ada Jo yang menatapnya dengan khawatir. Melihat Jo, Shenina langsung memeluknya membuat sang empu tersentak. Tubuh Jo membeku saat mendapat pelukan tiba-tiba. Namun, ia segera sadar saat mendengar suara tangis Shenina.

Tangan Jo meraih tombol untuk memanggil dokter. Setelahnya, ia mengusap rambut Shenina. Mencoba menenangkan karena sedari tadi pelukannya tidak mau lepas. Hingga saat dokter dan beberapa perawat datang, Shenina tetap tidak ingin melepas pelukannya. Alhasil, ia lemas di pelukan Jo.

"Ada masalah, dok?" tanya Jo cemas.

"Mungkin, ini akibat stress yang dideritanya. Saya akan merujuk pasien ke psikiater setelah siuman nanti."

Jo mengangguk lalu membaringkan tubuh Shenina pelan. Ia menatap wajah Shenina yang terlihat tenang dengan mata sembab. Pandangannya mengarah pada pergelangan tangan Shenina yang terbalut perban. Jo menghela napas saat mengingat kejadian yang menyebabkan Shenina berada di rumah sakit.

Flashback On

Sudah tiga hari Shenina tidak keluar kamar. Bahkan ia membiarkan makanannya utuh. Jo yang khawatir akhirnya memberanikan diri untuk masuk ke dalam kamar Shenina. Bermodalkan kunci cadangan, Jo membuka pintu kamar dengan kasar.

Perayaan Kehilangan (Shenina) | | [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang