Dunia terlalu banyak menyimpan rahasia. Mungkin kita dibiarkan hidup lebih lama untuk membantu mengungkapkannya
_Shenina Arunika_
_________________
Sejak pertemuan dengan Dirga beberapa hari lalu, Shenina tidak masuk sekolah. Ia izin karena jatuh sakit. Shenina bahkan menghiraukan panggilan telepon dari orang-orang. Ia sampai mematikan handphonenya. Shenina memilih untuk istirahat sejenak dari peliknya kenyataan.
Tok tok tok
"Kak Shen!"
Tidur Shenina terganggu saat mendengar suara ketukan pintu. Ia merenggangkan otot tubuhnya. Dengan nyawa yang masih setengah, Shenina membenarkan posisinya menjadi duduk. Kamarnya terlihat gelap karena gorden kamar yang menghalangi cahaya matahari dan lampu yang mati.
"Kak Shen!"
Itu suara Aurora. Tumben adiknya datang ke kamarnya. Shenina menguncir rambutnya asal lalu membuka pintu kamar. Matanya memicing saat melihat Aurora yang berdiri di depan pintu kamarnya masih dengan seragam sekolahnya.
"Kenapa, Ra?" tanya Shenina bingung.
"Kak Shena tadi ngapain? Kok lama banget? Kakak okay kan?" tanya Aurora cemas. Ia berharap Shenina belum melihat trending topik tentang dirinya.
Kening Shenina berkerut bingung. Namun, ia mengangguk saat melihat raut wajah khawatir adiknya. "Maaf ya, Ra. Kakak baru bangun waktu kamu panggil tadi." jawab Shenina membuat Aurora menghela napas lega.
Aurora berjalan mendekat dan memeluk Shenina. Mendapat pelukan dari Aurora membuat Shenina semakin bingung. Terlebih saat adiknya semakin mengeratkan pelukannya.
"Kenapa, Ra? Kamu ada masalah?" tanya Shenina.
Aurora menggeleng. Ia semakin menenggelamkan wajahnya di tubuh Shenina. Sungguh. Rasanya lebih menakutkan saat Shenina melihat dan bertindak karena berita tentangnya. Aurora tidak bisa membayangkan akan seperti apa Shenina nanti? Dan akan seburuk apa hidup orang yang membuatkan rumor tentangnya?
"Udah makan?" tanya Shenina mencoba mengalihkan topik. Aurora menggeleng. Bagaimana ia bisa makan saat pikirannya tertuju pada Shenina?
"Mau makan sesuatu? Biar kakak masakin." ucap Shenina sembari mengusap surai Aurora.
"Kak Shena kan lagi sakit."
"Nggak papa. Sebut, mau makan apa?" tanya Shenina.
"Mie instan? Boleh ya, kak? Kebetulan nggak ada bunda," ucap Aurora sembari menatap Shenina penuh harap.
Shenina tersenyum lalu mengangguk. "Boleh. Sekarang, kamu ganti baju dulu. Habis itu, kita makan mie."
"Makasih, kak Shena," Aurora mengeratkan pelukannya sebelum akhirnya berlalu ke kamarnya.
Setelah Aurora ke kamarnya, Shenina menutup pintu dan bergegas mencari handphonenya. Ia menghidupkan handphonenya dan seketika ribuan notifikasi memenuhi lock screen. Mengabaikan semua notifikasi, Shenina menekan nomor dan menghubungi seseorang.
"Halo?"
"Shena, semuanya sudah beres. Orang yang ingin menghancurkan kamu sudah diamankan. Kamu ingin bertemu dengannya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Perayaan Kehilangan (Shenina) | | [END]
Ficção GeralTentang Shenina Arunika dan segala hal rumit dalam hidupnya. Kehilangan yang mulai menjadi bagian hidupnya sejak kecil. Tentang masalah keluarga, cinta, dan cita yang datang bersamaan. Ia harus menjadi pelindung dan obat untuk orang lain disaat diri...