32. Pamit

20 2 0
                                    

People come and go memang siklus manusia, tapi pergi darimu tidak pernah ada dalam daftarku

_Shenina Arunika_

_________________

"Cepet ke mension, waktu lo satu jam buat ketemu Shena sebelum dia pergi!"

Setelah mendapatkan pesan dari Jo, Dirga segera berlari di koridor sekolah. Koridor yang masih ramai dengan siswa-siswi yang hendak pulang, membuat langkah Dirga sedikit susah untuk menerobos keluar.

"Erga, tunggu!"

"Erga!"

"ERGA!"

Langkah Dirga terhenti saat sebuah tangan menahan pergelangan tangannya. Napasnya memburu dan matanya berkilat tajam saat melihat Esya berdiri di sampingnya.

"Kamu kenapa kok buru-buru?" tanya Esya.

Dirga menghempaskan tangan Esya membuat sang empu tersentak. "Bukan urusan lo!" jawab Dirga sinis.

"Karena kak Shenina mau pergi, iya?"

Pertanyaan Esya membuat langkah Dirga terhenti. Ia menatap Esya yang juga memasang wajah terkejut.

"Lo tau dari mana kalau Shena mau pergi?" tanya Dirga penuh tekanan.

Esya menelan ludah gugup saat menyadari tatapan mengintimidasi dari Dirga. Matanya bergerak ke sana-kemari tak tenang. Menyadari bahwa Esya tidak akan menjawabnya, Dirga berdecak kesal.

"Ngomong sama lo, buang-buang waktu gue!"

Setelah kepergian Dirga, Esya menghela napas panjang. Ia hampir keceplosan. Tak lama, pundak Esya ditepuk dari belakang membuatnya menoleh.

"Bagus, hampir aja rencana kita gagal karena lo keceplosan." ledeknya setengah kesal.

"Ck! Ini karena lo, kak, kalau lo nggak nyuruh gue buat bongkar hubungan Erga sama Shenina, gue pasti masih deket sama dia!"

"Berhenti berandai-andai, Ca. Sekarang, ayo pergi. Kita udah ditunggu ibu!"

Esya berdecak kesal namun tak ayal mengikuti laki-laki yang usianya diatasnya itu.

"Mau ke mana lagi?" tanya Esya kesal setelah keduanya masuk ke mobil.

"Ngasih salam perpisahan buat Shenina," jawabnya sambil tersenyum miring dan mobil melaju meninggalkan area sekolah.

***

Di mension keluarga Denting, semua orang berkumpul di halaman dengan Willie yang menatap Shenina sendu. Saat ini, Shenina berkeliling menyalami bodyguard dan maid yang telah mengabdi pada keluarga Denting.

Para maid dan para bodyguard menangis saat harus melepas nona muda mereka pergi dan melepaskan gelar keluarga Denting untuk hidup tenang di dunia luar sana. Sejauh mereka mengenal Shenina, walaupun ia terkenal dingin dan irit bicara, namun Shenina adalah salah satu anggota keluarga Denting yang perhatian terhadap para bawahan yang mengabdi.

"Shena udah selesai, Kakek,"

Willie tersenyum samar lalu menyerahkan sapu tangan yang menjadi teman hidupnya kepada Shenina.

"Simpan dan jaga dengan baik. Ini adalah nyawa kakek yang lain. Dia akan menjaga kamu, Shena,"

Shenina menatap sapu tangan itu lalu menyimpannya dalam tas. Ia tersenyum dan bergerak memeluk Willie.

"Kakek percaya sama kamu, Shen. Lakukan yang terbaik!" bisik Willie membuat Shenina semakin mengeratkan pelukannya.

Tak lama suara gerbang terbuka membuat pelukan Shenina dan Willie terlepas. Semua mata tertuju pada Dirga yang datang dengan penampilan berantakan dan peluh di wajahnya. Napasnya tersengal dengan kaki bergetar menahan bobot tubuhnya.

Perayaan Kehilangan (Shenina) | | [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang