31. Rencana

17 2 0
                                    

Perlu pengorbanan untuk pembuktian, sekalipun nyawa taruhannya

Shenina_Arunika

_________________

"Kakek dengar, ingatan masa kecilmu sudah kembali. Benar?"

"Iya. Dan Shena tahu kalau marga keluarga Denting dihapus dari nama belakang Shena,"

Saat ini, Shenina sedang berada di ruangan tempat Willie. Setelah mengetahui keadaan Shenina, Willie langsung mendatangkan psikiater untuk memeriksa kondisi Shenina. Setelah itu, Shenina dibawa masuk dalam ruangan Willie untuk membicarakan tentang hal ini.

"Ada alasannya, Shena,"

"Dan Shena juga tahu, bahwa ada anak lain yang memiliki marga keluarga Denting di belakang namanya."

Willie memejamkan mata guna meredam emosi saat Shenina mengungkit luka lama yang masih membekas.

"Jadi, dia benar anak kandung papa dengan wanita lain?"

Willie menggeleng. Berkali-kali ia menghembuskan napas dan menatap Shenina dalam. "Kebenarannya tidak seperti itu, Shena,"

"Saat kecelakaan hari itu, kakek kehilangan kamu selama satu Minggu. Kakek mencarimu kemana-mana sampai akhirnya menemukanmu di sebuah gubuk pinggir pantai di sebuah pulau terpencil. Di sana ada wanita paruh baya yang menjemur ikan-ikan dan kakek sempat mengira bahwa dia yang menculikmu."

"Sampai wanita paruh baya itu mengatakan bahwa ada wanita dan seorang anak laki-laki yang datang dan sering menyiksa kamu." Willie menelan ludahnya saat rasa sakit itu kembali hadir. "Kamu tahu apa yang kakek lakukan? Kakek membunuhnya karena dia membiarkan cucu kakek disiksa."

Shenina menahan napas saat mendengar perkataan Willie. Bagian itu, Shenina tidak tahu. Kejadian saat Willie membunuh wanita paruh baya yang menjemur ikan-ikan di bibir pantai, tidak masuk dalam memori ingatannya.

"Lalu setelah itu, kakek mencari pelaku yang menyebabkan kecelakaan dan penculikanmu. Namun, sebelum hal itu terungkap, Taruna lebih dulu mengambil alih bisnis pertambangan milik papamu dengan surat ilegal. Dari situ kakek menyimpulkan bahwa Taruna terlibat, dan ternyata benar. Walaupun butuh sepuluh tahun untuk menaklukkannya, karena dia sering melakukan perjalanan keluar negeri, tapi setidaknya pion utama sudah tumbang."

Willie menghela napas berat. Ia menatap Shenina yang masih bergeming mendengarkannya. "Wanita itu, dalang utama dari kecelakaan dan penculikanmu. Dia adalah Wilona Putri,"

Napas Shenina tercekat saat mendengar nama yang tidak asing di telinganya. Wilona Putri. Nama itu mengingatkan Shenina dengan satu orang yang ia kenal. Esya Cantika Putri. Apakah mereka keluarga? Shenina menggeleng pelan, berusaha menepis segala pikiran buruknya.

"Dia adalah wanita yang hidup dan besar di panti asuhan yang kakek beri bantuan. Dia dan papamu adalah teman setiap kami mengunjungi panti. Sampai saat kakek ingin memberikannya beasiswa kuliah ke Belanda, dia justru datang dan mengatakan bahwa dia sedang hamil. Marah? Tentu. Tapi apa yang lebih membuat amarah kakek membuncah? Dia bilang bahwa anak yang dikandungnya adalah anak Haidar."

Shenina memegang kepalanya yang berdenyut. Kilas balik tentang perempuan yang datang bersama anak laki-laki di pulau terpencil itu, kembali muncul. Terlebih saat di belakang nama anak laki-laki itu ada marga keluarga Denting.

"Hari itu, dia datang saat pertunangan Haidar dan Catarina. Kakek bertanya kepada papamu, dia bersumpah tidak pernah berbicara ataupun berbuat lebih saat bersama Wilona. Saat kakek ingin memberinya hukuman, wanita pergi dan menghilang. Kakek sudah mencarinya ke mana-mana, tapi tidak pernah menemukannya."

Perayaan Kehilangan (Shenina) | | [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang