Tinggalkan jejak yang sudah mau mampir.
Happy reading...
Apa yang dilakukan Wiliam setelah kejadian tiga bulan lalu? Tentu saja mencari keberadaan putrinya yang tiba-tiba menghilang dimalam itu juga.
Dengan penampilan yang acak-acakan dihadapkan dengan berkas-berkas bisnis yang sudah menumpuk itu, Wiliam dengan wajah serius mulai mengerjakan satu persatu pekerjaannya. Setelah tiga bulan berlalu, dirinya sama sekali tidak memerhatikan kondisinya sendiri. Boro-boro kondisi dirinya, pekerjaannya saja pun dilupakan. Kalau bukan karena para pekerjanya yang mengeluh dengan komplainan para rekan bisnis yang bekerja sama dengan perusahaannya, Wiliam tidak akan duduk dimeja kerjanya sekarang.
Satu persatu dia menyelesaikan pekerjaanya. Harap-harap semua akan selesai hari ini juga.
Ketukan pintu terdengar sebanyak tiga kali, masuklah seorang pria yang umurnya tidak terlalu jauh dengannya. Darya, asisten pribadinya yang sudah mengabdi sejak usia muda itu sudah seperti saudara bagi Wiliam.
Terlahir sebagai anak tunggal dan menjadi yatim piatu saat usia belasan tahun jelas tidak akan mudah baginya jikalau tanpa adanya Darya yang menemaninya.
"Sepertinya anda harus membersihkan diri dulu, Mas. Anda sudah mirip seperti orang gila pinggir jalan jika dilihat-lihat," ujarnya bersuara berjalan menghampiri meja bosnya. Wiliam meliriknya sekilas dengan wajah tanpa ekpresi. "Saya emang lagi gila, Dar. Bukan kayaknya lagi," balasnya.
Darya menghela napasnya sembari tersenyum. "Saya kesini mau kasih kabar gembira sekaligus kabar buruk, Mas." Pertanyaan ini membuat Wiliam langsung menghentikan kegiatannya mengetik sesuatu dilaptopnya. Dia melirik kembali Darya menunggu asistennya kembali bersuara.
"Kabar gembiranya, Non Mira berhasil saya lacak." Wiliam segera bangkit senang. "Tapi, ada kabar buruk tentang itu."
"Kabar buruk gimana maksudmu? Putriku baik-baik saja, kan?"
Dalam hitungan menit, Darya terdiam. Tampak memikirkan sesuatu menatap sepatunya. "Mas, apa saya boleh tahu, bagaimama hubungan anda dengan keluarga mendiang Ibunya non Mira sekarang, Mas?" Dia mendongak menatap Wiliam.
Wiliam tak langsung menjawabnya. Dia tampak melamun. Sekalipun Darya adalah orang kepercayaannya, tapi Wiliam enggan untuk bercerita mengenai bagaimana perasaannya. Menyimpan semuanya sendiri adalah hal yang selalu ia lakukan sejak dulu.
"Mas Wil, saya bekerja dengan anda sudah bertahun-tahun. Saya selalu mengerjakan semua perintah anda semampu saya, tanpa bertanya. Tapi, kali ini saya mau anda jelaskan semuanya bagaimana perasaan anda selama ini. Agar saya bisa ikut membantu anda dengan sudut pandang saya untuk ikut menyimpulkan sesuatu yang terjadi antara anda dan anak-anak anda."
Tidak tahu harus menjelaskan seperti apa. Ada banyak cerita yang tidak Wiliam bagi pada siapa-siapa. Mengingatnya saja dirinya merasa begitu malu, apa lagi untuk menceritakannya keorang.
"Apa yang terjadi dengan anda terhadap dua istri anda itu. Maaf jika saya lancang atas pertanyaan saya kali ini. Bersama anda bertahun-tahun dan menyaksikan emosi anda terkadang membuat saya kebingungan. Terutama tentang Non Mira. Saya adalah saksi bagaimana anda membenci dia. Bagaimana anda memperlakukan dia dengan kasar. Dan entah kenapa saya selalu memikirkan ini, Mas Wil. Sudah berbulan-bulan anda terlihat begitu menyayangi Non Mira. Apa alasannya, Mas?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ZORAN [Selesai]
Teen Fiction"Gue bukan, Mira." "Zoran, tolong bilang ke ayah. Batalin perjodohanku dengan, Leo." "Lo pikir Mira gak sama menderitanya sama hubungan yang lo bilang menjijikan itu?" "Terima kasih, sudah datang menolongku Zoran." Azlia Zamira Antalas hampir saja k...