Ekhem ekhem! Aku update dua capter nih. Aku punya kejutan dibawah. Sebelumnya seperti biasa, votte ya komen and follow. Itu saja.
Happy reading...
Prahady terbaring lemah diatas tempat tidurnya. Dengan apa yang sudah terjadi pada dirinya dan juga cucunya, darahnya seketika naik. Mungkin sudah dua hari dari siang itu, cucunya tak menghubunginya atau bahkan siapapun yang ada dikediamannya. Tentang pembantunya, mau tak mau Prahady memutuskan untuk menghentikan pekerjaan mereka. Tetapi sebelumnya ia harus pastikan mereka bertiga mendapatkan tempat baru untuk tinggal. Dirumah saudaranya yang berada diluar kota. Prahady tak setega itu untuk memecat orang tua Grizelle yang sudah bertahun-tahun bekerja disana.
"Papah." Ketukan pintu kamarnya terdengar membuatnya menoleh. Tampak Wiliam datang membawa parsel buah ditangannya. Hubungannya dengan mantan menantunya itu sekarang sedikit membaik. Ini demi Zura, cucunya.
"Wili dateng, Pah." Wiliam menaruh buah itu dimeja disamping ranjang Prahady dan tak lupa menyalaminya. "Gimana, keadaan Papa?" tanyanya.
"Apa sudah ada kabar dari putrimu, Wil?"
"Iya, sudah. Dia semalam pulang kerumah. Bahkan, dia tidur disamping saya."
"Lalu kemana dia sekarang? Kenapa tidak ikut denganmu?"
"Katanya dia cape, pengen jadi Elang aja biar bebas terbang dilangit." Wiliam terkekeh didalam batinnya mengingat ucapan anak itu. Ia tak habis pikir dengan kedua putrinya satu ingin menjadi Elang agar bisa terbang bebas dilangit, yang satunya ingin menjadi putri duyung agar bisa berenang dengan tenang. Keduanya sama sama memiliki pikiran yang luas. "Dia juga cerita banyak sekali ke saya. Cerita bagaimana awal mula dia berada diantara kalian." Dia menjeda ucapannya hanya untuk menarik bibirnya untuk tersenyum.
"Pah, terima kasih ya sudah merawat putri saya hingga sekuat itu."
Prahady yang awal terbaring perlahan mengubah posisinya untuk duduk bersandar. Melihat kakek dari putrinya terlihat kesusahan, Wiliam pun ikut membantunya. "Apa yang kamu bicarakan ini, Wil. Zura itu cucu saya. Anak dari Citra. Itu pun jadi tanggung jawab saya," balas Prahady sesekali berbatuk.
"Wili janji, Pah. Mulai sekarang, saya akan mengurus dia dengan baik. Saya pastikan, dia bahagia bersama saya."
Pria berumur itu menganguk."Harus. Saya percaya kamu bisa melakukannya Wili," ucapnya.
"Soal beberapa hari lalu, anak itu juga sudah bercerita. Apa saya boleh mengatakan ini, Pah? Dia mirip sekali dengan Citra. Dia tidak suka memperpanjang masalah. Dia peduli, walau terkadang tertutup oleh gengsi."
"Lalu, kenapa dia belum menemuiku? Saya sadar saya sedikit kasar waktu lalu. Apa dia tidak ingin segera menyelesaikannya?"
"Dia, mau. Tapi, mungkin masih kesal. Papah tunggu saja. Tidak lama dia pasti segera menemui, Papah."
Mendengar tutur Wiliam yang lebut, Prahady hanya mengangguk diam. Untuk beberapa saat tidak ada perbincangan diantara keduanya. Hingga Prahady memilih untuk bertanya sesuatu."Wil. Dulu kamu menikahi wanita selain Citra. Bagaimana kabar wanita itu, sekarang?"
Pertanyaan yang secara tiba tiba dilontarkan untuknya, Wiliam menunduk tanpa ekpresi. "Entahlah, Pah. Saya hanya ingin fokus dengan kedua putriku. Putriku selain Mira, dia belum sepenuhnya menjadi milikku," jelasnya memberitahu. Kini yang dipikirkannya hanya kedua anaknya, Wiliam tidak bohong. Bahkan sekarang, ia dan ibu Seja pun jarang berkomunikasi. Keduanya memilih untuk fokus pada diri masing-masing dan memperbaiki diri.
"Apa maksudmu? Bagaimana pun dia juga anakmu."
"Saya tahu. Hanya saja, Papah tahu sendiri bagaimana selama ini saya hidup. Saya dan juga ibunya sama-sama menelantarkan dia. Dia diam-diam diasuh oleh ipar saya. Yang dimana dia sangat membenci saya, dan tidak rela jika putri saya kembali dengan saya."
KAMU SEDANG MEMBACA
ZORAN [Selesai]
Teen Fiction"Gue bukan, Mira." "Zoran, tolong bilang ke ayah. Batalin perjodohanku dengan, Leo." "Lo pikir Mira gak sama menderitanya sama hubungan yang lo bilang menjijikan itu?" "Terima kasih, sudah datang menolongku Zoran." Azlia Zamira Antalas hampir saja k...