01. Masuk Novel

10.6K 597 92
                                    

"Pocong!"

"Mana-mana? Mana pocongnya?"

"Lo pocongnya!"

"Oh, kirain ada pocong senior."

Karin mengembuskan napas panjang. Baru beberapa detik menjadi kuntilanak, sudah bertemu pocong aneh seperti ini.

Kalau ganteng, sih, tidak apa-apa. Lumayan, bisa diajak pacaran. Soalnya, Karin itu jomlo, sibuk belajar, jadi tidak punya waktu untuk pacaran saat masih hidup sebagai manusia.

Sekarang, Karin hidup sebagai hantu. Hantu dalam sebuah novel yang dia tertawakan semalam. Memang aneh, tapi Karin memercayai hal itu.

Karin ingat dengan jelas, semalam dia masuk ke kamar Febri, adiknya, lantas mengejek.

"Mana ada hantu yang hidup di kota elit kayak cerita buatan lo? Hantu itu hidupnya di tempat kotor, rumah kosong, atau di kuburan. Yang logis, dong, kalau bikin cerita."

Febri masih berusia 15 tahun. Baru menulis cerita beberapa bulan lalu. Mentalnya masih lemah. Diejek sedikit, langsung sedih. Bibir tipisnya manyun.

"Kalau Kakak nggak suka, nggak usah dibaca. Aku punya alasan kenapa bikin cerita kayak gini."

"Alasan apa?" Karin memasang ekspresi tidak percaya. "Biar punya banyak temen makhluk astral, ya?"

"Enggak, lah." Febri melotot. Dia takut hantu. Mana mau punya teman makhluk astral banyak-banyak. "Aku bikin cerita ini karena takut sama hantu. Jadi, biar nggak serem, aku buat hantunya versi lain."

Tawa Karin mengudara sempurna. Tak berselang lama, dia mendadak diam. Matanya melotot. "Feb, di bawah kaki lo ada tangan yang gerak-gerak itu."

"Ih, Kakak jangan nakut-nakutin, deh." Bulu kuduk Febri meremang. Kakinya refleks naik ke kursi, takut disentuh oleh tangan menyeramkan seperti yang dia lihat di film horor.

Karin tak kuasa menahan tawa. "Ekspresi lo lucu banget. Sok-sokan bikin cerita horor, baru gitu doang udah takut."

Febri mendengus sebal. "Kakak juga pasti takut kalau ketemu hantu."

"Nggak akan." Karin tersenyum remeh, menjulurkan lidah. "Wlee!"

"Aku sumpahin pas Kakak tidur bantal gulingnya berubah jadi pocong!"

"Bantal guling lo, tuh, yang nanti berubah jadi pocong! Matanya merah, mukanya item kayak wajan Ibu yang udah penyok!"

Karin menutup pintu kamar adiknya, menghindari lemparan bantal. Dia melangkah ke dapur, lantas mengambil segelas air putih. Karin butuh cairan untuk menyegarkan kembali kerongkongannya yang kering akibat menertawai Febri.

Setelah itu, Karin membuka pintu kamar sendiri, naik ke ranjang. Mengambil ponsel yang tergeletak di meja kecil, jemarinya mengetik pesan singkat ke grup obrolan kelas.

Gece 12 MIPA 3 (Dilarang Galau!)

Karin mengirimkan sebuah tautan.

[Guys, itu cerita bikinan adikku tercintah. Bantu ramein biar dia seneng]

[Cerita horor tapi agak gesrek dikit. Kalau nggak kuat baca malem-malem, baca besok]

Hantu Banyak Tingkah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang