Manz mengeluarkan enam botol cairan berwarna kuning dari kantong yang sejak tadi bergantung di leher. "Minum ini biar kaki kalian cepet balik."
Ganteng dan Chani menerimanya.
Saat Manz dan Ganteng meminum ramuan itu dan berubah kembali menjadi hantu, Chani justru mengeluarkan ponsel seraya tersenyum.
"Gue mau foto dulu sama Karin," katanya, jelas punya tujuan. "Gendong gue ke sana!"
Manz dan Ganteng saling tatap.
"Kita temen, kan?" Mata Chani seketika berbinar lucu, memohon.
"Ya udah, ayo!" Ganteng menyelipkan tangan di ketiak Chani, Manz bagian memegang pinggul berlapis sisik. Tiba di tujuan, tubuh gembul itu mereka jatuhkan tanpa perasaan.
"Aduh! Pelan-pelan dong, Pak Supir." Chani merasa encok.
"Mana ramuan buat gue?" Karin mengulurkan tangan, Manz memberikan satu botol kecil.
"Jangan minum dulu, Rin! Gue pengin foto dalam bentuk duyung bareng lo." Chani mencegah Karin yang hendak membuka botol.
"Oh, okei." Karin meletakkan ramuannya. Tidak memberi batasan, karena sekarang dia juga ingin mengabadikan setiap momen seperti Chani.
"Fotoin yang bener, ya!"
Ganteng menerima ponsel dari Chani, memotret sekitar 10 kali.
"Terima kasih." Chani tersenyum setelah memeriksa hasil fotonya. Lalu, bersama Karin, meminum ramuan kuning dalam sekali teguk.
Kaki berbalut sepatu dan celana mereka kembali ke bentuk semula. Keduanya berdiri, mencari keberadaan pasangan hantu yang sedari tadi asyik dengan dunia mereka sendiri.
"Itu di sana!" Manz menunjuk ke arah batu besar yang teronggok di bawah tebing.
Tak butuh waktu lama, keempatnya tiba. Chani mengambil beberapa gambar. "Buat kenang-kenangan," ucapnya, sebelum diminta penjelasan.
"Habis ini kita ke mana?" Karin memayungi mata dengan telapak tangan, bersembunyi dari cahaya matahari.
"Naik tebing."
"Gue nggak---"
"Ada tangganya." Manz menunjuk ke tangga yang cukup banyak, dengan pembatas dari kayu sebagai pelindung.
Dipimpin oleh Manz, keenam hantu itu menjatuhkan satu per satu langkahnya di anak tangga. "Kabut tebal dan hujan datang sore hari. Makanya gue ngajak kalian pergi pagi-pagi. Biar bisa nikmatin pemandangan yang ada."
Karin bergumam. Pemandangan alam yang dia lihat memang sangatlah indah.
"Hutan terlarang sebenarnya pulau pribadi milik penyihir sakti tanpa identitas." Manz kembali menjelaskan. "Jangan kaget kalau kalian lihat hal-hal ajaib di atas tebing nanti."
Manz mengeluarkan botol cairan berwarna ungu. "Kalian minum ini dulu. Biar pas ketemu salah satu kecoak, kita bisa langsung komunikasi sama mereka."
Botol ramuan diulurkan secara estafet. Tiba di atas tebing, mereka disambut oleh jalan dari aspal dan sebuah halte yang tertutup dedaunan kering.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hantu Banyak Tingkah
FantasyKarin tidak takut hantu. Tapi kalau hantunya banyak, dia bisa berubah pikiran. Suatu malam, Karin terlempar ke dalam cerita horor komedi buatan adiknya. Dia berubah menjadi kuntilanak dan bertemu Chani, pocong tengil berpipi chubby, yang bernasib s...