51. Merasa Gagal

570 99 47
                                    

Ganteng memang sudah mengetahui semua rencana Zota dan konflik utama cerita ini. Setiap kali cowok itu membuka mata, bertemu jiwa yang masuk ke salah satu tokoh, dia akan diam-diam mencari tahu segalanya.

Kali ini, dia ingin Karin selamat, tidak merasakan sedikit pun rasa sakit. Namun, tanpa dia ketahui, jalan cerita sudah berjalan jauh dari yang dia kira.

Ada sedikit kemajuan dan sepertinya, kisah ini akan menemukan sebuah ujung.

Tamat.

Bukan lagi menuju Kota Misyu sebagai akhir dari perjalanan, melainkan akhir yang sesungguhnya, yaitu mengalahkan si antagonis, Zota.

"Gue tahu kalau Zota yang bertanggung jawab atas program pertukaran pelajar, mencari generasi muda terbaik Pokuntugen yang diharapkan dapat menyatukan sihir dengan teknologi." Ganteng memainkan jemari "Program ini tetep berjalan, bahkan setelah akademi sihir ditutup. Penanggung-jawabnya udah diganti, tapi nggak menutup kemungkinan Zota masih ikut andil.

"Madam Jennifer, Mbah Zigong, sama Zota nutup akses ke hutan terlarang supaya nggak ada hantu yang menyalahgunakan kekuatan sihir mereka. Pemerintah juga ada di pihak Madam Jennifer. Detektif yang diperintahkan mengawasi Kota Hetyu, sebenarnya nggak ngawasin Madam Jennifer. Tapi, mereka nyari sosok yang ingin masuk ke hutan terlarang dan ambil alih semua kekuatan yang ada."

"Ambil alih? Gimana, caranya?" Manz menggaruk kepala.

"Penyihir sakti bisa nyebarin kekuatan sihir dan ngambil itu kembali. Manusia yang dia kirim ke sini, ditugasin buat ambil alih dan nutup hutan terlarang untuk selamanya." Ganteng tersenyum, di seberang jalan terlihat Chani yang melambaikan tangan.

"Kenapa harus ditutup? Mereka bisa ngelanjutin rencana ngembangin akademi sihir ke seluruh negeri dan pemerintah juga udah kasih izin, kan?"

"Resikonya terlalu besar." Ganteng berdiri. "Zota diem-diem ngumpulin beberapa penyihir untuk menguasai Pokuntugen. Kalau semua ini diibaratkan sebuah cerita, maka Zota adalah antagonisnya. Dialah musuh dalam selimut, sosok tamak yang nggak terima Mbah Zigong jadi direktur akademi sihir."

Ganteng melambaikan tangan, menunjukkan keberadaan dirinya pada Chani. "Karin dan Chani adalah manusia. Mereka makhluk terpilih yang ditunggu Madam Jennifer. Karin bisa mengambil alih semua kekuatan sihir yang ada."

Manz mengikuti arah pandang Ganteng. "Itu si Gembul?" tanyanya sambil memicingkan mata.

"Iya. Dia manusia yang ditugasin jadi temen Karin."

"Kenapa lo baru bilang sekarang?" Manz bertanya menyelidik. "Kalau dari awal lo bilang ke Madam Jennifer Karin adalah manusia yang dia tunggu, masalah ini nggak mungkin jadi panjang."

Ganteng menggeleng. "Justru bakal lebih panjang kalau Madam Jennifer tahu lebih awal. Selama ini, Zota ada di Kota Hetyu, bersembunyi, dan mengendalikan Bima."

Cowok yang Ganteng sebut itu mengangguk. "Iya. Zota bisa aja nemu Karin lebih dulu dari Madam Jennifer dan dia bakal ambil alih semua kekuatan sihir, terus pindahin ke dirinya."

Manz membuka mulut tak percaya.

"Pak RT menyamarkan identitas Karin sama Chani. Dia diem-diem bantu Madam Jennifer dan nyari keberadaan Zota." Ganteng menyugar rambut. "Di luar Kota Hetyu, kekuatan sihir nggak bisa digunain. Penyihir sakti belum pernah buka aksesnya."

"Terus, kenapa lo mau-mau aja dikendaliin sama Zota?" Manz menoleh ke Bima.

"Orang tua gue dalam bahaya. Kalau gue nggak nurut, gue nggak tahu apa yang bakal mereka lakuin ke orang tua gue"

"Tapi, sekarang lo berontak." Manz kebingungan.

"Ganteng sama Pak RT udah nyelametin orang tua gue. Sebagai balasannya, gue harus nunda Zota tahu siapa Karin dan Chani."

Hantu Banyak Tingkah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang