Sebuah benda pipih bernama iCong 13 Pro Kontra, baru saja menjepret penampakan dua siswa SMA Sejahtera, lengkap dengan papan nama yang tersemat di dada kiri mereka.
Di balik foto yang tampak kece parah nan menawan itu, terdapat insiden penuh ke-random-an yang sedikit menggelitik ginjal Karin.
"Jeje tik ... tok, efyepe, sama endol itu apa?" Ganteng bertanya polos.
Karin seketika tergelak. "Apaan dah bawa-bawa endol?"
"Tadi Pochan ngomong itu." Wajah tak bersalah Ganteng semakin membuat Karin hilang kendali.
"Berisik banget." Manz mengeluh, menutup telinga dengan dua tangan. Baju pocongnya dilepas, mumpung ada dalam ruangan.
Di anak tangga terakhir, Karin duduk, melirik Ganteng, lalu tertawa sampai terpingkal-pingkal.
"Mana ponsel lo dulu. Nanti gue jelasin apa itu endol." Chani malah ikutan salah sebut.
Karin tuh ya, bukan mentertawakan ekspresi ingin tahu Ganteng saja. Bukan itu. Lebih ke mentertawakan bayangan yang muncul di kepalanya.
Waktu Chani bilang JJ TikTok, Karin langsung membayangkan Chani dan Ganteng lompat tuing-tuing di tengah pemakaman. Tiba-tiba Manz nimbrung, sambil ngomong, "This is Cogil, Man! Yuhuuu!"
Lalu, musik jedag-jedug bikin kepala puyengnya keluar.
Karin tak kuasa menahan tawa.
Ganteng mengeluarkan ponsel dari lemari, menekan tombol di sisi kanan untuk menyalakannya.
"Dari kemarin kek bilang punya ponsel. Kan, gue bisa dokumentasi keseharian Karin. Btw, Rin, kita harus foto berdua, nggak, sih? Buat kenang-kenangan."
"Foto berdua?" Karin menoleh, sisa tawa masih terdengar saat cewek itu mendekat ke Chani.
Ponsel milik Ganteng sama persis dengan ponsel yang dimiliki makhluk bumi. Nilai minus lima Karin berikan untuk kurangnya kreativitas dalam desain ponsel yang adiknya ciptakan.
"Yo'i." Chani mengangguk. Ponsel sudah menyala, saatnya dia mengotak-atik, mencari ikon jaringan data.
Desahan kasar keluar dari mulut Chani.
"Kenapa?" Karin bereaksi.
"Nggak ada sinyal. Gagal deh bikin JJ-nya." Chani mengulurkan ponsel ke si pemilik.
Belum juga diraih, tangan lain merampasnya lebih cepat. "Berarti gue aja yang pinjem." Manz cengengesan.
"Mau apa lo pinjem ponsel? Pocong kolot modelan preman kayak lo emang nggak grogi nyentuh-nyentuh layar ponsel?" Chani menyindir dengan gerakan bibir lenturnya.
"Apa itu grogi?" Manz tersenyum miring. "Permainan ular di ponsel ini udah gue menangin sampai level 1499."
Karin kembali tertawa, padahal dari tadi sudah ditahan-tahan. Jadi, apakah Manz, si preman yang ditakuti ratusan pocong, datang ke asrama Ganteng hanya untuk bermain game ular?
Sungguh di luar nalar.
Manz duduk santai dengan kaki menjuntai di sofa. Tangannya mahir membelokkan ular di layar ponsel menuju makanan sambil menghindari tubuhnya sendiri.
"Chan, gue mau ngomong sama lo." Karin menjentikkan jari, menarik atensi Chani yang sebelumnya tertuju pada ponsel.
"Ngomong apa?"
"Nggak sekarang. Nanti ngomongnya sambil kita jalan nyari hantu yang namanya Suci "
"Buat apa?" Chani heran. Modsi saja belum khatam penjelasannya, sekarang muncul nama baru. "Lo ada urusan sama dia? Kok, gue nggak tahu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hantu Banyak Tingkah
FantasyKarin tidak takut hantu. Tapi kalau hantunya banyak, dia bisa berubah pikiran. Suatu malam, Karin terlempar ke dalam cerita horor komedi buatan adiknya. Dia berubah menjadi kuntilanak dan bertemu Chani, pocong tengil berpipi chubby, yang bernasib s...