30. Berangkat Sekolah

794 124 27
                                    

Chani mengekor pergerakan Karin dan Ratna yang benar-benar memelankan jalan mereka, demi melihat wajah-wajah pocong yang katanya tampan.

"Mau duduk di sini?" Pocong tampan pertama baru saja membuat Chani berdecak tidak suka. Karin dan Ratna menggeleng, menunjuk kursi di belakang bersamaan.

"Kita mau duduk di belakang." Ratna tersenyum ramah.

"Oh, ya, udah. Hati-hati." Pocong tampan bermata bulat balas tersenyum manis.

"Hati-hati." Chani mencibir, tangan usilnya menarik pucuk kafan si pocong tampan ke depan. "Mata lo tuh yang hati-hati, jangan jelalatan!"

Kemudian, saat Karin melirik salah satu pocong, Chani buru-buru menginjak kaki pocong itu. "Maaf, nggak sengaja. Duduknya yang bener dong!"

"Yaaa!" Pocong itu mau marah, tapi Chani sudah lebih dulu melanjutkan langkah.

Melihat ada pocong yang diam-diam melirik Karin, Chani langsung mengayunkan tas selempangnya ke belakang, sengaja agar mata si pocong tertabrak tas.

"Woi!"

Tepat sasaran.

Chani langsung menunduk, pura-pura merasa bersalah. "Sori-sori, kirain nggak ada hantu di sini."

Si pocong menggerutu, mengusap-usap matanya yang perih. Ingin marah, tetapi Chani sudah menghilang dari hadapannya.

Tinggal dua baris kursi lagi sebelum Karin dan Ratna tiba di tempat incaran mereka. Chani menyapukan pandangan ke wajah pocong-pocong yang tersisa. Tidak ada yang terlihat tampan, kecuali satu makhluk yang sedang memainkan kubus rubik di barisan kursi yang baru Karin lewati.

Warna demi warna di kotak kecil itu berangsur selaras di tiap sisinya. Lima detik, permainan Ganteng Rupawan telah selesai.

Karin dan Ratna yang kepalanya muncul dari sandaran di belakang Ganteng langsung bertepuk tangan.

"Waw! Keren banget bisa main kayak gitu." Ratna menyingkirkan rambutnya ke samping.

Karin mengangguk, mengamini pujian Ratna.

Chani manyun. Usahanya seakan sia-sia akibat kemunculan Ganteng di detik terakhir. Namun, jangan salah! Ada satu panggilan yang membuat Chani bisa mengembangkan senyum.

"Chan, sini! Buruan duduk!" Karin menepuk-nepuk kursi di sebelahnya.

Kursi barisan paling belakang bisa untuk diduduki lima hantu. Chani melihat dua pocong duduk di sudut kiri, sementara Karin dan Ratna mengisi sudut kanan. Hanya ada satu tempat tersisa, persis di tengah dua kubu itu.

Chani senang mengetahui dirinya akan duduk di sebelah Karin.

Tepat ketika cowok itu melompat dua kali, bus tiba-tiba berjalan, membuatnya terkena efek Hukum Newton 1.

Tubuhnya terdorong ke depan, menyundul bangku yang harusnya dia duduki.

Sorakan dari para pocong yang sempat Chani ganggu mengudara di ruangan berbentuk balok berjalan itu.

"Makanya nggak usaha banyak tingkah! Kena azab, kan, lo?"

"Hahahaha."

Hantu Banyak Tingkah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang