"Papa tahu, kan, siapa Madam Jennifer, apa itu akademi sihir, dan kenapa Kota Hetyu berbeda dari kota lain di Pokuntugen?" Ganteng jongkok, menyenderkan punggung di dinding yang bersebrangan dengan Manz dan Bima menyender.
Mereka berhadapan.
Papa Ganteng kembali mengetik pesan di ponsel yang tergeletak di meja.
[Makhluk terpilih itu sudah muncul. Segera hubungi para mata-mata dan polisi di Kota Hetyu. Kita harus siap siaga. Perlahan-lahan bawa warga ke tempat yang aman! Jika memungkinkan, bawa mereka ke Kota Krimiu! Hubungi Madam Jennifer!]
"Papa tahu." Pria berbadan tegap itu tetap bersuara tenang. "Jangan khawatir! Papa udah nemuin posisi temen kamu. Dia bergerak ke Kota Krimiu. Papa akan minta bantuan polisi di sana buat berhentiin kendaraan yang bawa temen kamu itu."
Mata Ganteng langsung berbinar.
"Kamu jangan ke mana-mana! Tetap di Kota Misyu, tunggu Mama datang menjemput. Papa tahu, kamu pasti sudah mengerti banyak hal. Tenangkan diri kamu, percayakan semuanya ke Papa."
Ganteng menjawab dengan iya, tapi dia tidak akan tinggal diam. Sekali lagi, cowok itu melakukan tindakan penyimpangan.
Dia akan menjadi versi terbaik seperti yang Karin inginkan. Mengakhiri cerita dengan caranya sendiri. Ganteng tidak akan tinggal diam saat tidak tahu Karin masih hidup atau tidak.
Dia akan mencari, meski akhir itu ternyata adalah kematian dirinya sendiri. Lagi pula, jika ada jiwa yang kembali masuk ke cerita, dia akan hidup lagi.
"Kalian balik ke apartemen, tunggu sampai Pak RT dateng. Jangan biarin dia pergi. Dia bilang, bakal dateng jam 2 siang."
"Lo mau ke mana?" Manz berdiri, mencegah Ganteng pergi.
Cowok itu menunjuk pelipis, cucuran darahnya sudah mengering. "Ngobatin ini dulu! Luka kalian juga harus diobati. Minta Pak RT bawa kalian ke rumah sakit."
Ganteng berlalu setelah memberikan sekantong uang pada Manz. Dia melambai pada taksi yang tengah melintas, masuk segera sebelum Manz dan Bima mengejar.
"Ke jalan Teratai Putih nomor 17," ucap Ganteng pada sopir.
Taksi melaju, meninggalkan gedung-gedung tinggi, menuju lokasi dengan banyak rumah yang memiliki halaman luas.
Mobil menepi, Ganteng turun. Dia mengetuk pintu sebuah rumah, tak lama seorang cewek keluar dari sana dan langsung terkejut melihat kondisi Ganteng.
"Lo kenapa?" Gadis belia itu menyentuh wajah Ganteng, menyeka darah yang sudah mengering.
"Kecelakaan. Lo bisa ngobatin, kan?"
Cewek itu mengangguk. Menarik Ganteng masuk.
---*---*---
"Berita terkini, tiga remaja merampok sebuah mobil dan mengalami kecelakaan di dekat jembatan Manthan. Berdasarkan penyelidikan singkat, polisi menduga penyebab kecelakaan tersebut adalah kurangnya kemampuan mengemudi dari si pencuri itu sendiri. Hampir semua saksi mata yang diwawancarai, memberi pernyataan sama, berupa pergerakan mobil yang tampak tidak normal, serta diketahui mobil tersebut sempat menabrak kedai buah di jalan raya Gallaw."
Ganteng meringis kecil, Mysha menjauhkan kapas sambil meniup luka di pelipis cowok itu.
"Sakit?" Cewek bermata teduh itu bertemu tatap dengan Ganteng, membuat mereka terdiam lama.
"Lumayan," jawab Ganteng, menyudahi momen canggung tersebut dengan cepat. Dia menelan ludah, meraih remot di atas meja, menekan tombol merah yang membuat televisi di depannya mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hantu Banyak Tingkah
FantasyKarin tidak takut hantu. Tapi kalau hantunya banyak, dia bisa berubah pikiran. Suatu malam, Karin terlempar ke dalam cerita horor komedi buatan adiknya. Dia berubah menjadi kuntilanak dan bertemu Chani, pocong tengil berpipi chubby, yang bernasib s...