Selain karena ingin menghancurkan kencan Karin dan Ganteng, Chani juga berniat menyita semua perhatian Karin ke arahnya.
Jam sekolah membebaskan siswa pulang setelah pukul 00.00. Chani, Karin, dan Ganteng sudah berdiri di depan tempat pangkas rambut, karena Chani bilang ingin menipiskan poninya.
"Lo serius?" Karin melihat gunting rumput dan pedang melengkung yang digunakan tukang pangkas di dalam sana.
Chani menelan ludah. "Serius, lah," jawabnya, sok berani.
"Minggu depan kalian mau ke Kota Digiu, kan?" Ganteng menoleh ke Karin. Cewek itu mengangguk.
"Potong rambut di sana aja. Alatnya lebih modern." Ganteng berusaha meyakinkan Chani.
Tidak mau berakhir malu, Chani menggeleng. "Enggak. Gue mau potong rambut di sini aja. Mereka kelihatan ahli, kok."
Chani melompat masuk tanpa ingin berdebat lagi. Cowok itu menyapa salah satu pegawai dan segera diarahkan untuk duduk mengantre di sebuah bangku.
Ganteng dan Karin saling tatap, mengedikkan bahu, mau tak mau ikut masuk.
Delapan menit menunggu, akhirnya Chani dapat giliran. Cowok itu diperintahkan berdiri di depan cermin simulasi, yang katanya bisa untuk melihat gaya rambut yang diinginkan terlebih dahulu sebelum tukang pangkas melakukan eksekusi.
"Setelah bunyi nguk-nguk terdengar, katakan gaya rambut apa yang kamu inginkan."
Chani mengangguk, segera berseru, "Botak!"
Pantulan kepalanya yang botak seketika muncul di cermin.
"Insting cewek emang nggak pernah salah." Chani menoleh ke kanan kiri, menyanjung pantulan kepalanya yang botak di cermin ajaib.
"Rin, gimana? Bagus, nggak, kalau gue botak?"
"Jelek. Jelek banget." Karin menarik lengan Chani, menyeret cowok itu keluar. "Maaf, ya, Pak, temen saya nggak jadi potong rambut."
Tukang pangkas yang memegang gunting besar mengernyit heran, menatap kepergian tiga remaja itu.
"Lah, katanya lo suka cowok botak? Giliran gue mau botak, nggak diizinin, gimana, sih?" Chani menahan diri untuk tidak terseret lagi.
"Cowok yang duduk di bangku nomor tiga, telinganya hampir kepotong sama pedang melengkung." Ganteng yang menjelaskan.
"Gue takut lo kenapa-napa." Karin berkata jujur. "Kalau mau botak, gue bisa cukurin rambut lo pakai pemotong kuku. Lebih aman."
Tiba-tiba Chani ingin melayang, menembus ratusan awan.
Kaki cowok itu seketika berubah seperti jeli, sangat sulit sekali digunakan untuk berdiri. "Kalau kayak gini, gue nggak jadi botak," katanya tegas, dengan pipi merona, jantung dangdutan.
"Artinya, urusan lo udah selesai, kan?" Acara dangdutan dibubarkan, Ganteng merusak mood Chani.
"Urusan gue udah selesai?" tanya Chani, intens. Dia masih mau menjadi pengganggu.
Ganteng melompat ke sebelah Karin. "Ayo, kita pergi ke sana. Lo bilang mau bicara berdua, kan?"
Karin mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hantu Banyak Tingkah
FantasyKarin tidak takut hantu. Tapi kalau hantunya banyak, dia bisa berubah pikiran. Suatu malam, Karin terlempar ke dalam cerita horor komedi buatan adiknya. Dia berubah menjadi kuntilanak dan bertemu Chani, pocong tengil berpipi chubby, yang bernasib s...