Chani tidak bertanya lebih lanjut. Karena sekarang Karin ada di sisinya, cowok itu sangat bersyukur. Tanpa protes, dia mengikuti langkah Ganteng.
"Rin, maaf, ya, gue kabur dan pasti bikin lo khawatir," ungkap Chani, pasang muka sedih.
"Banget." Karin sibuk mencari petunjuk di mana letak perpustakaan. "Emang lo ke mana aja, sih? Diculik duluan?"
"Enggak." Chani menggeleng pelan. "Gue lihat iklan semacam ... pembersihan otak di billboard. Jadi, gue ke sana, eh, tahunya disuruh fokus, rileks, ngobrol sambil makan-makan, dan akhirnya gue nulis hal-hal penting di hidup yang sempet gue lupain."
Chani jongkok, merogoh kaos kakinya. "Sengaja disimpen di sini, biar nggak lupa. Kalau taro di tas, yakin seratus persen, pasti lupa."
Karin tersenyum. "Coba bacain."
"Nih, yang paling penting dan gue udah nyobain."
"Apa?" Karin menghentikan langkah, matanya melebar tatkala sebuah vas bunga terbang ke depan wajahnya.
"Gue punya kekuatan buat ngendaliin benda tanpa sentuhan. Cuma pakai pikiran aja."
"Kok, bisa?" Karin menyentuh vas bunga itu, lalu melihat Chani tersenyum.
"Karena ditulis sama Febri. Gue pernah diskusi sama dia, tentang tokoh dari Bumi yang harusnya punya kekuatan. Dan, lo juga punya."
"Apa kekuatannya?" Karin sangat antusias. Kalau dia punya kekuatan, mengalahkan Zota bukanlah hal yang mustahil."Teriakan super," kata Chani, Karin mengernyit dibuatnya. "Teriakan lo bisa bawa getaran hebat yang bikin musuh terhempas seperti pelakor."
"Ppft." Karin hampir saja tertawa di situasi genting ini. Untung suara Ganteng datang, meminta keduanya mendekat.
"Jangan ngawur, deh! Gue nggak percaya!" Karin menepuk pundak Chani, lantas melewatinya.
"Ini perpustakaannya. Nggak dikunci," ucap Ganteng, mereka segera masuk.
Karin bergegas pergi ke arah yang ditunjukkan Madam Jennifer. Dia menjatuhkan buku-buku, kemudian menemukan sebuah mahkota dengan sembilan permata yang bercahaya di malam hari.
"Bagus banget." Mata Karin berbinar, tiba-tiba dentuman keras terdengar, dinding perpustakaan hancur, mempertontonkan langit malam dan pohon-pohon di luar sana.
Tidak ada waktu untuk kabur, Karin terseret oleh tangan yang memeluk pinggangnya, membawa tubuhnya terbang ke luar ruangan.
Chani menggerakkan salah satu batu, naik di atasnya dengan bangga. "Yuhuuu, lo pikir gue nggak punya kekuatan, hah?"
Zota, pria yang membawa Karin tersenyum miring. "Saya tidak peduli. Satu detik setelah saya menghisap darah suci, saya akan mengambil alih seluruh kekuatan yang kalian miliki!"
Zota tertawa, menyibak rambut Karin, membuka mulut lebar-lebar dan secara perlahan mendekati leher gadis pemilik darah suci itu.
Chani jelas tidak terima. Dia menggerakkan tangan, membuat bongkahan dinding paling besar menghantam punggung Zota.
Cowok itu menangkap tubuh Karin yang jatuh, membopongnya seperti adegan romansa. Momen saling tatap dengan slow motion terbaik berlangsung beberapa detik, sampai Chani mengedipkan sebelah mata.
"Gue keren, kan?" Chani nyengir.
Karin mengerjap, seketika kesadarannya kembali. "Eh, iya. Keren." Senyuman tipis menyertai kalimat cewek itu.
Chani melempar seluruh bongkahan dinding perpustakaan ke tubuh Zota tanpa menyentuhnya, sambil membawa Karin mendekati Ganteng.
"Bawa Karin ke Madam Jennifer! Selesein urusan kalian, biar gue yang ngadepin musuh utama cerita ini!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hantu Banyak Tingkah
FantasyKarin tidak takut hantu. Tapi kalau hantunya banyak, dia bisa berubah pikiran. Suatu malam, Karin terlempar ke dalam cerita horor komedi buatan adiknya. Dia berubah menjadi kuntilanak dan bertemu Chani, pocong tengil berpipi chubby, yang bernasib s...