45. Baju Couple

33 6 4
                                    

Chani terkejut dengan kecerdasan Manz, tapi dia lebih terkejut lagi dengan pola pikir Karin. Cewek itu baru tiba di sini beberapa hari, hanya berbekal dua bab cerita, mampu menganalisis sumber masalah di Kota Hetyu.

Lagipula, Manz tercipta cerdas juga karena Febri. Berbeda dengan Karin yang menggunakan otaknya sendiri.

Chani membatalkan rasa bangganya pada Manz, dan memilih untuk mengerucutkan bibir. "Oh, gitu. Jadi, apa rencana lo buat nyelesein semua masalah ini?"

"Kabur dan minta bantuan pemerintah." Manz mengangguk yakin. "Kita bisa ajak warga kota lain buat demo."

"Buset!" Chani menyentuh dada, bereaksi heboh untuk menyenangkan diri sendiri. "Tadi, katanya lo takut Madam Jennifer punya kekuatan buat ngehancurin seluruh negara? Kok, sekarang malah bikin rencana demo?"

"Gue udah nemu kelemahan Madam Jennifer. Kita bisa manfaatin kelemahan itu." Manz tampak bersungguh-sungguh.

Mbah Zigong yang sedari tadi mendengar pembicaraan mulai geram. Dengan langkah gemetar, dia mendekat ke Manz, kemudian mendorong bahu putranya itu hingga menabrak salah satu lukisan.

"Dari mana kamu tahu semua ini?" Suara Mbah Zigong meninggi.

"Dari mana?" Manz tersenyum miring. "Papa nggak perlu tahu. Aku nyari semua jawaban itu, karena Papa nggak pernah mau kasih tahu! Aku benci jadi pocong! Aku mau hidup normal kayak remaja di kota lain!"

"Papa bisa kirim kamu ke luar kota kalau kamu mau." Mbah Zigong memelankan suaranya.

"Cuma aku?" Manz melirik Chani dan Ganteng. "Gimana sama anak-anak lain? Apa Papa nggak pernah peduli sama tuyul-tuyul yang kedinginan karena nggak pakai baju?"

"Manz!" Mbah Zigong memukul tinjunya ke dinding, menghasilkan retakan yang cukup besar.

Manz menutup mata ngeri, begitu juga Chani dan Ganteng.

"Kenapa?" Manz melotot, tidak mudah tersudutkan. "Madam Jennifer patah hati karena nggak nikah sama cowok yang dia suka. Terus, apa salah aku, Pa? Kenapa aku yang harus dihukum? Madam Jennifer punya kekuatan, dia harusnya bisa cari cowok itu dan hukum dia. Bukan malah ngelampiasin amarahnya ke warga Hetyu."

"Kamu tidak tahu apa-apa. Jangan asal bicara!" Mbah Zigong menghela napas, memundurkan tubuhnya dari Manz. "Cepat pergi ke ruang bawah tanah dan ambil baju yang mau kamu bawa!"

Manz tidak beranjak. Sudut bibirnya terangkat. Sekilas ingin melakukan perlawanan, tapi segera dia tahan.

Kepala Manz menunduk. Dengan kedua tangan terkepal dia berkata, "Apa jangan-jangan, Papa punya hubungan rahasia sama Madam Jennifer? Mungkin, Papa juga ambil bagian dalam bikin peraturan gila ini?"

"Manz!" Mbah Zigong kembali membentak, lalu suaranya mengecil. "Berhenti. Papa bilang, berhenti. Kamu tidak boleh hidup dalam bahaya."

Manz lagi-lagi tersenyum miring. "Aku suka hidup dalam bahaya." Cowok itu lantas membuka tutup botol ramuan pingsan yang sedari tadi mengisi saku celananya.

Dia melempar senyum, menginjak kaki sang Papa, supaya pria tua itu berteriak dan mulutnya terbuka. Tak menunggu lama, Manz mengayunkan ramuannya ke depan, masuk sempurna ke mulut Mbah Zigong.

"Manz! Kamu akan menyesal sudah melakukan ini!" Mbah Zigong berteriak sebelum tubuhnya ambruk dan kesadarannya menghilang.

Ganteng dan Chani saling tatap. Keduanya memerhatikan keributan dalam diam, tidak berani melerai.

"Kita harus ngapain?" Chani berbisik. Ganteng menggeleng.

"Bantuin gue angkat Papa ke kamar." Manz mendekati papanya, Ganteng langsung datang membantu.

Hantu Banyak Tingkah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang