21 Pijitan cinta ++

3.2K 42 1
                                    


•fahmi pov•

Sekarang aku yakin bahwa Reza sudah menikmati pijitan aku di paha bagian dalamnya, aku memang sengaja sedikit mengelusnya dan menyentuh tititnya. Dan Reza jadi mengeluarkan desahan desahan kecil.

"Emmmh, emmh, emmh enak kak Fahmi...".

"Iyaa kakak tahu, kakak kan sudah bilang mau ngenakin Reza".

"Iyah... Enak kak...".

Setelah aku rasa cukup untuk membuat Fahmi terangsang aku mulai mengalihkan pijatan di paha dia jadi semakin ke atas, sekarang aku mulai memijit bongkahan kenyal milik dia, aku pijit pijit dan aku remas, rasanya empuk banget seperti meremas skuisi.

"Razaa enak nggak di giniin?".

"Emmh enak kak...".

Sekarang aku melihat Fahmi yang memejamkan matanya menikmati pijatan aku.

Setelah aku mendengar Fahmi mengatakan kalau pijitan aku enak, aku semakin berani untuk memijit dan meremas bongkahan kenyal itu semakin kuat, dan hal itu sampai membuat Fahmi mendesah beberapa kali.

Dan setelah aku merasa cukup meremasnya aku mulai memijit ke arah pinggir dengan menyibaknya dan lubang ping yang masih rapat itu jadi terlihat, karena aku penasaran jadi aku ulangi gerakan itu lagi dan aku bisa menikmati pemandangan ini secara langsung.

Biasanya aku cuma melihat di video saja, bahkan punya adik aku lebih indah dan menggoda dari video yang aku tonton.

Bahkan aku ingin sekali menyentuhnya, menjilat dan memainkan seperti di video yang sering aku tonton di aplikasi burung.

Tapi akal ku masih berjalan baik, aku langsung berfikir bahwa gue tidak boleh menjerumuskan reza pada dunia ku yang tidak bisa di terima banyak orang, negara apa lagi tuhan. Aku ingin dia hidup normal dan bahagia sama orang yang dia cintai. Karena aku sangat mencintainya.

Jika suatu saat Tuhan punya rencana lain aku ingin dia melakukan atas dasar keinginannya sendiri bukan salah satu pihak, tapi ke dua belah pihak. Juga bukan karena terpaksa, kasihan atau jebakan tetapi karena cinta.

Namun bagian bawah ku tetap tidak bisa di kompromi dan sekarang bertambah keras dan mengintip keluar dari belahan handuk ku.

Aku mulai mejamin mata dan menarik tangan ku yang satunya untuk mengurut punya ku sendiri dan tangan satunya masih memijat pantat Reza.

Dan aku yang merasa tidak puas hanya dengan mengurut jadi aku mencoba untuk mengocoknya pelan dan menyibak handuk yang aku pakai, toh Reza sedang tengkurap tidak bisa melihat aku yang ada di belakangnya dalam keadaan yang hampir telanjang ini.

Di sela sela kocokan, aku tidak terasa mendesah dan menyebut nama Reza.

"Emmh enak Reza...".

Dan untungnya Reza tidak mendengar desahan yang keluar dari mulut ku, karena Reza sedang menikmati pijitan yang aku berikan.

Dan aku menunduk ke bawah melihat titit aku yang sudah tegang dan mengeluarkan precum cairan kental bening yang seperti lendir itu. Rasanya sangat nikmat dan semakin licin dan enak untuk di kocok.

Bahkan tangan ku bisa merasakan bahwa punya Reza juga sudah tegang. tapi dia tidak bilang pada ku mungkin karena dia malu. Dan dia pura pura tidur sambil menikmati pijitan aku.

Aku terus menikmati tubuh Reza dan tetap mengocok bagian bawah ku, dari irama lambat jadi cepat dan semakin cepat dan  rasanya nikmat banget.

Dan sekarang aku jadi tidak konsentrasi memijit pantat reza karena aku menambah energi kocokan di punya ku agar cairan kentalnya cepat keluar. Aku sudah tidak kuat menahan dorongan dari dalam tubuh aku yang mau keluar.

Kecepatan kocokan itu membuat ranjang yang aku dan Reza tempati jadi bergoyang dan aku yakin dia bisa merasakannya dan saat ini aku tidak perduli jika ketahuan sedang ngocok, nanti bakal aku cari alasan saja.

Dan hanya butuh beberapa menit cairan putih kental itu keluar membasahi tangan ku sampai belepotan, lalu aku membersihkan dengan handuk yang ku pakai ini.

Dan saat aku mengeluarkan cairan itu aku mendesah lagi tidak tahan dengan rasa nikmatnya. Bahkan aku sampai lupa jika Reza masih ada di sini di atas kasur sama aku.

Aku yang sudah kelelahan langsung berbisik di telinga Reza yang masih tengkurap.

"Reza... Kakak capek kita tidur dulu ya".

"Iya kak kita tidur saja, malam ini aku tidur sama kakak lagi".

Aku menarik selimut untuk menutupi tubuh reza lalu turun dari ranjang untuk mematikan lampu kamar, setelah itu aku naik ke ranjang gabung sama Reza tidur di bawah selimut yang sama. Bahkan di bawah selimut ini kita tidak mengenakan apa apa lagi.

Sekarang aku tidur terlentang sedang menatap langit langit kamar yang remang karena cahaya bulan purnama yang masuk lewat jendela. dan tiba tiba aku merasakan Reza yang memeluk tubuh ku tanpa penghalang apapun di dalam sana, kulitnya yang halus menempel di kulit aku, rasanya enak banget dan hal itu membuat punya aku bangun lagi

Aku yang tidak betah langsung balik memeluknya menghadap ke dia, kaki kita mulai bergerak gerak di sana saking menggesek entah untuk apa tapi rasanya nikmat banget.

Dan aku dapat merasakan punya Reza yang juga tegang. Aku lupa punya Reza sudah tegang dari tadi saat aku memijitnya. Dan dia masih belum mengeluarkannya mungkin dia masih kesakitan.

"Reza... Dedek kamu tegang yaa kenapa tidak kamu tidurin itu rasanya pasti sakit".

Pantas saja dari tadi kaki dia gerak gerak terus saat tidur ternyata dia menahan dedeknya yang tegang sedari tadi.

"Kak... Dedek aku tiba tiba bangun saat kakak pijitin tadi dan aku malu mau bilang sama kakak dan aku tidak tahu cara nidurinnya".

Tuh gimana aku bisa merusak adik aku yang polos ini. Nidurin yang sedang bangun saja dia tidak tahu caranya, kamu kenapa polos banget sih dek... Bahkan hal seperti itu saja kamu tidak tahu.

"Memang dedek kamu tidak pernah bangun kok kamu tidak bisa menidurkannya".

"Biasanya aku biarin kak terus paginya aku mimpi basah...".

"Memangnya kamu betah menahan ini sampai kamu tidur?".

"Ini rasanya sakit kak biasanya aku tidak pernah se tegang ini".

"Kalau kakak yang bantu nidurin kamu mau?".

"Iya kak mau... Aku sudah tidak kuat menahannya aku benar benar ingin pipis".

"Ayo kamu pejamin mata dan nikmati sentuhan kakak agar kamu bisa merasakan kenikmatan ini lebih jelas dan kamu cepat mengeluarkannya".

"Iya kak".

"Sekarang kamu putar badan jangan menghadap ke kakak tapi Kumu membelakangi kakak saja, biar lebih mudah melakukannya".

Aku melihat Reza mulai membalik tubuhnya membelakangi aku seperti apa yang aku perintahkan. Aku mulai memeluknya dari belakang menempelkan tubuh kita.

Dan perlahan tangan aku menggenggam dedeknya Reza ukurannya lumayan besar tidak begitu jauh dengan ukuran punya ku.

adik tercinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang