11. Sisi Lain

4.6K 449 6
                                    

Tiga hari berselang sejak di restoran Hotpot, hidup kembali berjalan seperti biasanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiga hari berselang sejak di restoran Hotpot, hidup kembali berjalan seperti biasanya. Mahi makin semangat mengumpulkan rupiah dan fokus menjalankan usahanya.

Gadis berusia 23 tahun itu sangat menyukai apa yang dia kerjakan sekarang, dia bebas menolak atau menerima pekerjaan tanpa intimidasi dan sentimen seperti dulu. Dia juga bisa membuka dan menutup tokonya kapan saja dia mau dan tidak ada lagi pemeras berkedok bibi yang merongrong keuangannya.

Urusan cinta akan Mahi kesampingkan dulu sampai adiknya lulus dan mandiri, meskipun tipe idealnya kembali muncul, ia takkan bergeming, apalagi selera pria itu adalah wujud masa lalunya yang tidak ingin lagi ia alami lagi.

Ketika sedang fokus mengedit naskah yang dikirim oleh kliennya, sebuah mobil avanza parkir di depan tokonya dan tak lama sosok pria berseragam coklat keluar dari sana.

"Selama siang Mbak Mahi, sapanya Abi akrab sambil tersenyum" tumben pikir Mahi tapi tetap membalas senyuman itu tak kalah ramah.

"Siang Pak Lurah, ada keperluan apa Pak?"

"Mau beli keperluan ATK kantor Mbak, ini catatannya"

"Biasanya Pak Topan yang kesini" balas Mahi mengambil catatan itu dan mulai membacanya.

"Sekalian saja, kebetulan saya baru pulang dari kantor Kecamatan, yang mau di beli juga banyak, kasian kalau Pak Topan semua yang bawa dia-kan cuma pakai motor"

Mahi hanya mengangguk-angguk, tanpa menimpali dan mulai sibuk menyiapkan semua ATK yang ada di catatan, memang cukup banyak, setelah ini dia harus pesan lagi agar stoknya tidak kosong.

Sementara Abi juga tak berbicara lagi, dia malah memperhatikan Mahi yang sibuk menyiapkan pesanannya. Sebenarnya dia kagum dengan gadis itu, masih muda tapi sudah punya usaha dan rajin sedekah.

"Barangnya sudah siap Pak, saya buatkan nota dulu" ucapan Mahi menyadarkan Abi dari lamunannya ditambah ponselnya juga berdering.

"Ya Manda sayang, es teler, bakso beranak, apalagi..? Ok, nanti aku belikan semua untukmu"

Mahi tidak sengaja mendengar percakapan itu, hatinya meringis mengetahui fakta Pak Lurah muda itu turut berperan dalam menggemukkan istrinya.

'Dia memanjakannya dengan cara yang salah' batinnya.

Namun Mahi segera sadar kalau itu bukan urusannya, nota yang baru selesai ia cetak segera di stempel lalu diberikan kepada Abi.

"Bisa lewat Qris kan?" Tanyanya

"Bisa Pak, itu barcode nya" tunjuk Mahi pada striker yang ia tempel di atas etalase.

Saat Mahi hendak keluar sambil membawa dua dus kertas HVS, Abi buru-buru mencegahnya dan mengambil kedua dus itu.

"Biar saya saja, terima kasih, Mbak bawa map dan alat tulis itu saja" ujarnya lalu berjalan ke arah mobil.

Mahi menurut dan mengikuti dari belakang dan membantu memasukkan barang yang ia bawa dalam bagasi.

Langsing is My Dream (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang