13. Menjaga Jarak

4.6K 470 4
                                    

"Apa aku salah bicara, tolong maafkan aku" Abi spontan membantu menepuk pundak Mahi yang masih terbatuk, gadis itu tidak kuasa menghindar karena dia juga sedang kepayahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa aku salah bicara, tolong maafkan aku" Abi spontan membantu menepuk pundak Mahi yang masih terbatuk, gadis itu tidak kuasa menghindar karena dia juga sedang kepayahan.

"Makannya pelan-pelan Kak" Mentari menggantikan Abi menepuk pundak Mahi, setelah kakaknya itu mampu mengatur nafas dengan baik, ia kembali ke depan mesin fotocopy.

"Kau baik-baik saja?" Abi bertanya untuk memastikan karena melihat wajah Mahi yang masih merah dan belum berkata apapun.

"Aku sudah baikan kok, tadi cuma terlalu kepedesan saja" jawab Mahi berbohong. Padahal ia tersedak memang karena perkataan Abi. "Silahkan lanjutkan lagi makannya Kak"

Mahi memilih berhenti makan meski mie-nya masih tersisa setengah karena tidak ingin Abi kembali memperhatikannya.

'Pria ini harusnya bisa menjaga ucapannya dan tidak sembarangan berkomentar, apalagi dia sudah punya isteri. Untung aku bukan orang yang gampang baper'

"Bagaiman pembagian makanannya, apa ada kendala?" Tanya Abi tiba-tiba di saat Mahi tengah sibuk dengan pikirannya.

"Aman kok Kak, terima kasih atas info pantinya"

"Jumat ini saya antar lagi ya, kebetulan sedang tidak sibuk" tawarnya kemudian.

"Gak usah Kak, nanti ngerepotin, saya bisa sendiri kok" Demi menjaga kedamaian hati, harus mengurangi interaksi, itu pikir Mahi.

"Apanya yang repot, saya ikhlas, aku jemput jam tujuh ya"

Mahi akhirnya mengiyakan, demi menjaga jarak ia masuk ke ruang belakang sambil membawa mangkuk dan gelas bekas makannya ke belakang dan berlama-lama di sana hingga terdengar panggilan dari Tari.

"Kak, Pak Lurah mau pamit"

"Kenapa mesti pamit segala sih" gerutunya sebelum keluar dengan senyum dipaksakan.

"Mahi, makasih mie-nya ya, enak sekali' ucap Abi seraya mengacungkan jempol dan tersenyum lebar kemudian pergi dengan membawa kantongan berisi selebaran yang sudah di fotocopy Mentari.

"Kakak tadi kok tinggalin Pak Lurah sendirian, lagi ngapain sih di dalam"

"Lagi menghindar, Pak Lurah itu sudah punya istri dek, selain mencegah gunjingan orang, Kakak takut khilaf jadi pelakor" jawab Mahi asal sebelum naik ke lantai dua.

🍮

Mentari sedang menekuni buku di meja belajarnya ketika Mahi masuk setelah mengetuk dan meninta ijin.

"Kenapa Kak?" Tanya gadis berpiyama hijau itu menghentikan kegiatannya dan fokus pada Mahi yang hanya berdiri di dekat pintu.

"Besok kamu ada kuliah pagi nggak?"

Mentari menggeleng. "Memang ada apa? Kakak butuh bantuan?" Tebak Mentari jitu.

"Iya, besok Kakak ada deadline job freelance, tapi juga ada janji mau ke panti sama Pak Lurah, jadi kamu saja yang gantikan Kakak bagi makanan ya!?" Pinta Mahi dengan tatapan memohon.

Langsing is My Dream (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang