Tubuh Mahi bergetar dia sangat takut sekarang, berbagai kemungkinan buruk melintas di otaknya jika para pria itu berhasil masuk. Beberapa kali dia mengatur nafas agar bisa lebih tenang sambil berpikir apa yang bisa dirinya lakukan.
"Kenapa lama sekali?" protes salah satu pria yang tugasnya mengamati keadaan sekitar kepada temannya yang masih berjongkok sambil mengutak-atik pintu.
"Jangan berisik! Kuncinya model lama, susah di bobol. "Berhasil!" Pekit pria itu tertahan saat terdengar suara khas tanda pintu telah terbuka.
Namun, baru saja mereka akan melangkahkan kaki untuk masuk, kepala keduanya tiba-tiba terasa, basah, panas dan pedas luar biasa dengan spontan para pria itu berteriak dengan keras.
"Panas! Pedas!" teriak mereka bersamaan seraya membuka penutup wajahnya. Keduanya bergerak gelisah dengan mata yang terpejam karena merasakan panas, perih dan pedas pada saat bersamaan.
Mentari yang sedang tertidur-pun sontak terbangun dan kaget karena keributan diluar dan mendapati sang kakak tidak ada di sebelahnya.
"Kak!" teriaknya lalu berlari keluar kamar, dia makin takut melihat pintu sudah dalam keadaan setengah terbuka dan menampakkan dua sosok pria yang sedang kesakitan memegangi wajah mereka.
"Maling.. maling..tolong ada maling..maling" suara Mentari yang nyaring mengisi kesunyian di dini hari setelah sebelumnya dibuka oleh teriakan kedua pria asing itu. Para tetangga yang memang rumahnya berdempetan mau tidak mau terbangun dan bergegas keluar untuk mencari tahu apa yang terjadi.
Sedangkan Mahi yang melihat adiknya sudah terbangun langsung mendatangi dan membawanya masuk ke dalam kamar kemudian mengunci diri mereka de dalamnya.
"Ayo teriak lagi Dek!" ajak Mahi yang langsung di angguki adiknya.
"Maling..!" teriak keduanya kencang berulang kali dengan sesekali diselipi kata tolong membuat kedua pria itu kelabakan, tapi mereka tidak bisa menemukan pintu pagar karena mata mereka yang kepedasan.
Warga-pun mulai berdatangan dan mengepung rumah Mahi, senter balok dan pentungan menjadi senjata mereka, suasana sangat heboh, gedebak gedebuk terdengar bercampur teriakan kesakitan dan permohonan ampun saat aksi main hakim sendiri sedang berlangsung.
Sepuluh menit kemudian, seseorang mengetuk pintu kamar sambil berteiak memanggi nama kedua bersaudari itu. Mahi yang awalnya masih berpelukan erat dengan Mentari cepat bangkit karena ia yakin kedua pria itu pasti sudah di amankan.
Ternyata yang mengetuk pintu adalah Pak RT setempat dan beberapa warga lain yang belum Mahi kenal baik. Mereka semua menarik nafas lega setelah melihat kedua bersaudari itu dalam keadaan baik-baik saja.
"Malingnya sudah ditangkap Pak?" tanya Mahi memastikan. Gadis itu kembali memeluk adiknya yang masih tampak ketakutan.
"Sudah Mbak, sekrang lagi di bawa di pos ronda, Polisi juga sudah di hubungi, sebentar lagi mereka pasti datang. Bagaimana kalau Mbak Mahi ke rumah saya saja dulu biar lebih tenang" usul Pak RT.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langsing is My Dream (End)
ChickLitHimawari yang akrab di panggil Mahi, bisa dibilang meninggal karena kesalahannya sendiri. Berat tubuhnya yang mencapai 110 kg membuatnya mengalami gagal jantung dan meninggal dalam tidur. Mahi sangat menyesal karena abai pada kesehatannya sendiri...