Adegan tarik menarik talenan dimenangkan oleh Mayuno yang sangat keras kepala mempertahankan pekerjaan yang dipilihnya. Hildan pun menyerah, sebab menyadari hal itu akan memperlambat pekerjaan mereka. Akan tetapi, lelaki itu sesekali melirik hanya untuk memastikan tidak ada hal buruk yang terjadi.
Semuanya lancar. Hildan bahkan terkejut melihat betapa cekatannya Mayuno di dapur. Berkali-kali ia dibuat heran sekaligus kagum karena tidak pernah menyangka gadis seperti pacarnya itu bisa memasak dengan baik. Gadis itu selain cepat memasak, meja dan sekitarnya pun sangat bersih.
Bukan hanya Hildan, Theo yang beberapa waktu belakangan ini sengaja mendekati Mayuno hanya untuk menggoda Hildan pun dibuat tersenyum setelah mengetahui sisi yang lain lagi dari gadis itu. Hal itu sama dengan yang dirasakan Dante.
Selama ini, Mayuno hanya terlihat sebagai gadis manja tidak bisa apa-apa yang menyebalkan apalagi teman bermainnya adalah geng Bianca, yang pentolannya selalu membuat Dante tidak nyaman.
Belum lagi Doni pernah dicemooh oleh gadis itu. Makin negatif lah pandangan Dante padanya. Pandangan itu berangsur berubah semenjak mereka belajar bersama. Mayuno tidak seburuk itu, dan sekarang ia terlihat sebagai gadis rumahan sederhana. Namun, menurut Dante itu sangat aneh dan menarik.
Mereka secara tidak sengaja sepakat kalau sikap minus Mayuno sebelumnya mungkin disebabkan oleh salah memilih teman. Kecuali Dante yang memikirkan faktor lain.
Semua menu masakan hampir selesai, selama waktu itu pula Hildan terus mencari cara untuk berinteraksi walaupun hanya sedikit. Seperti sekarang ini.
"May, cobain. Udah pas apa belum." Ia menyodorkan piring kecil berisi sedikit kuah untuk dicicipi. Sebenarnya itu tidak perlu karena Hildan tahu rasanya sudah pas. Namun, demi bisa mengobrol, ia melakukan itu berulang kali.
"Pas," ujar Mayuno sambil mengangguk, kemudian kembali pada tugasnya tanpa mengetahui Hildan menyentuh bekas bibirnya di piring kecil itu. Bahkan ia mengisi kembali kuah hanya untuk menyesapnya di tempat yang sama.
"Dasar jorok." Theo berkomentar sinis melihat kelakuan mesum Hildan yang tidak sengaja tertangkap matanya. "Pervert," imbuhnya dengan wajah jijik, tidak menyangka teman sekelasnya itu bisa bertindak seperti seorang maniak.
Hildan hanya mengedikkan bahu tak peduli akan ledekan yang dilayangkan Theo padanya. Malah tersenyum miring sembari mengusap bibir bawahnya dengan jempol. "Why? She is my girl."
Theo mencebik geli. "Pinky, kamu mau tau nggak? Tadi 'kan, si setan merah nganuin kamu." Kemudian mengadu dengan ucapan yang ambigu. Hal itu sukses mengalihkan perhatian semuanya kepada orang yang dimaksud, menjadikannya sebagai pusat perhatian.
"Nganuin apa, Theo?" tanya Enzi penasaran, belum apa-apa ia sudah tampak tak nyaman membayangkan maksud ucapan Theo barusan. "Dia ngapain? Anu apa?"
Mayuno tidak mengatakan apapun, tetapi ia pun memilih menjauhi Hildan, menjaga jarak karena berpikir sama dengan Enzi. Entah apa artinya anu itu, yang pasti menyebabkan dirinya berpikir macam-macam.
"Tanya aja sama orangnya langsung. Aku agak nggak nyaman bilangnya," jawab Theo makin membuat kesan negatif, tak acuh menunjuk Hildan dengan dagu. Seringai jahat ia tunjukkan sebagai tanda kemenangan. Menyenangkan sekali mengganggu lelaki bajingan yang sedang kasmaran itu dengan menghasut gadisnya.
"Dia bohong! Aku nggak ngapa-ngapain, ya! May, kenapa kamu jadi jauh banget?" Tidak ingin ada salah paham, Hildan segera menyangkal. Ia pun jadi panik saat Mayuno yang semula dekat jadi menjauh dengan kening mengernyit. "Jangan sembarangan ngomong, Theodore." Hildan berdesis geram, mengepalkan tangan menatap lelaki berkulit gelap di depannya tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mayuno Sang Figuran
Teen FictionSehari setelah membaca novel yang ia temukan di bawah kasur, seorang gadis mati secara menyedihkan saat mencoba lari dari renternir. Entah karena keajaiban apa, matanya kembali terbuka, tetapi bukan sebagai dirinya, melainkan Mayuno. Mayuno adalah t...