Sejujurnya, Mayuno tidak terlalu yakin jika kesepakatan yang ia tawarkan akan langsung diterima, tetapi Mayuno salah karena Bianca hanya butuh waktu satu menit untuk mengangguk setuju. Bahkan tidak menanyakan apapun sebagai jaminan keberhasilan.
Jadi, dengan anggukan dari Bianca, mereka berdua pun saling berjabat tangan sebagai dimulainya hubungan aneh ini. Hubungan yang hanya diketahui oleh mereka berdua saja. Sien dan Freya tidak diberi tahu sama sekali.
"Hehehe ...." Bianca tertawa aneh sambil menarik tangan Mayuno yang masih menjabat tangannya hingga jarak mereka terkikis. Ia juga menatap intens pupil merah muda milik gadis itu yang melebar karena terkejut. "Aku nggak nyangka kita bakal punya hubungan spesial kayak gini," imbuh Bianca mengabaikan pelototan dari gadis di depannya.
Tentu saja Mayuno kaget sampai terbelalak menatap gadis yang lebih tinggi darinya itu. Semula mereka hanya saling berjabat tangan sebagai tanda kesepakatan, lalu mendadak tubuhnya ditarik hingga Mayuno hampir menubruk Bianca. Kalau diingat lagi, ini bukan pertama kalinya. Tadi juga gadis berambut hitam tersebut memeluk hingga menggigit daun telinga Mayuno.
Mengingat hal itu dan menghubungkannya ke sembarang kemungkinan membuat Mayuno bergidik, menarik lepas tangannya dari Bianca lalu mengambil jarak lebih jauh seraya berkata, "Aku normal, suka cowok." Ia mengatakan itu dengan raut wajah jijik yang samar, tapi tentu saja Bianca langsung mengerti.
Akan tetapi, bukannya marah, Bianca malah tergelak, hampir tertawa keras jikalau tidak bisa menahan diri. Mayuno tahu karena melihat sudut-sudut bibir Bianca yang berkedut-kedut.
"Fuck!" umpat Bianca mengangkat jari tengahnya dengan bibir tersenyum lebar. "Pikiran kamu belok ke mana-mana, ya? Nggak baik berburuk sangka sama orang. Aku juga straight, kok. Kalo pun aku lesbi atau biseksual, yang aku incer bukan kamu," lanjutnya mengarahkan jadi tengah ke depan, menunjuk lawan bicara sambil menyipitkan mata.
Mayuno mengernyit melihat perubahan sikap Bianca yang kembali tenang tapi menyebalkan seperti biasa, memang tidak boleh dilupakan kalau salah satu keahliannya adalah membuat orang lain tak nyaman.
Rasanya Mayuno ingin segera mengakhiri perbincangan ini, tetapi ia mendadak penasaran tipe gadis macam apa yang akan diincar antagonis itu jikalau dirimya lelaki. "Jadi siapa? Kalo kamu cowok, siapa yang bakal kamu incer?"
"Hm?" Tangan Bianca terlipat di depan dada. Sambil menggumam pelan menatap langit-langit toilet, ia mengetuk-ngetuk dagu dengan jari telunjuk. "Kamu penasaran juga ternyata."
Lalu tak lama kemudian telunjuknya terangkat bersamaan dengan lengkungan tipis di bibir yang meskipun cantik, bisa dipastikan bagi kebanyakan orang yang melihat pasti akan merasa aneh.
"Niria?" Bianca menjawab dengan nada bertanya sebab tak yakin dengan jawabannya sendiri. "Dia cantik, cantik tipe lembut yang aku suka. Orangnya juga kayaknya penurut dan penyayang. Jadi, kalo aku belok, aku bakal ngincer dia," tambah Bianca tanpa beban seolah itu hanya pertanyaan ringan. "Orang yang manut itu mudah didominasi dan nggak banyak nuntut. Aku jadi punya kendali atas dia. Haha! Dipikir nyenengin juga, ya? Dia mirip Freya versi lebih soft."
Di sisi lain, Mayuno malah jadi merinding sendiri ketika menyadari Bianca secara langsung meralat pertanyaannya. Padahal Mayuno bertanya dengan perandaian Bianca adalah lelaki, tetapi dalam jawabannya, Bianca malah mengandaikan kalau orientasi seksualnya menyimpang.
"Jangan-jangan kamu beneran belok," ucap Mayuno blak-blakan, tetapi setelah itu ia segera membekap mulutnya sendiri karena merasa telah mengatakan sesuatu yang tidak perlu. "Sorry ...," tambahnya lirih, takut kalau gadis berambut hitam di hadapannya ini tersulut emosi dan malah mengacaukan kesepakatan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mayuno Sang Figuran
Teen FictionSehari setelah membaca novel yang ia temukan di bawah kasur, seorang gadis mati secara menyedihkan saat mencoba lari dari renternir. Entah karena keajaiban apa, matanya kembali terbuka, tetapi bukan sebagai dirinya, melainkan Mayuno. Mayuno adalah t...