Suasana sore yang tenang di tepi danau mungkin menjadi penyembuh bagi seseorang, menikmati pemandangan air yang memantulkan birunya langit serta pepohonan rindang di sekitar yang menjadi pagar hijau, melindungi genangan air raksasa itu, membentuk gundukan-gundukan tak beraturan jika dilihat dari jauh.
Angin sepoi menyejukkan tubuh, menerbangkan dedaunan ke jembatan kayu kecil berpagar di sisinya. Terlihat beberapa perahu bebek maupun perahu biasa mengapung, mengelilingi danau Kolin yang luas. Salah satu perahu bebek itu diisi oleh sepasang kekasih yang tidak terlalu romantis.
Menikmati makanan di tengah danau sembari memandang sekitaran yang asri harusnya jadi momen yang menyenangkan.
Harusnya ....
"Kamu bercanda, kan?" Hildan bertanya di sela ketidakpercayaannya, menoleh ke arah dessert box yang barusaja Mayuno letakkan di sampingnya lalu beralih pada gadis itu lagi. Raut tak rela begitu jelas tergambar di wajah tampan itu apalagi saat Mayuno dengan santai menyuapkan dessert coklat ke mulutnya. "Kamu tau aku nggak suka stroberi, kan?"
Mayuno tidak tahu awalnya. Mengambil dessert rasa coklat murni karena ia sendiri kurang berminat pada perisa buah yang dicampur dengan rasa creamy, seperti es krim, kue, dan susu. Namun, setelah melihat reaksi Hildan, sebuah dorongan muncul untuk melahap habis setelah berkali-kali lelaki itu membuatnya sebal.
"May ... Aku udah nunggu buat makan itu." Hildan memohon dengan wajah memelas.
"Nanti kamu beli lagi aja sepulang dari sini."
"Rasa itu cepet habisnya. Itu tadi aja tinggal dua lagi. Jadi tukeran, ya? Atau biarin aku makan dikit aja. Gimana?"
"Nggak. Emmm ... enak. Apa ini namanya kenikmatan berbuat dosa?" Bukannya merasa prihatin, Mayuno justru membalas godaan yang pernah dilontarkan Hildan saat lelaki itu mencuri baksonya. Menikmati dessert yang harusnya milik Hildan dengan ekspresi yang sengaja dibuat berlebihan, memejamkan mata sembari helai merah mudanya berkibar ditiup angin. Benar-benar mirip dengan iklan makanan.
Hildan menelan ludah. Bayangan lumernya krim coklat berpadu dengan empuknya brownis serta choco chip dan kawan-kawan membuat produksi air liurnya meningkat. Ingin rasanya merebut makanan favoritnya itu andai tidak memikirkan harga diri. Bukan karena pelit, tapi menu itu hanya ada seminggu sekali sebagai menu spesial yang jumlahnya terbatas. Hildan sudah menunggu selama dua minggu karena minggu lalu keberuntungan tidak berpihak padanya alias stok habis dan sekarang ... makanan itu direbut paksa darinya.
Hildan merengut sebal, menaruh kantong berisi dessert stroberi di samping Mayuno sambil berkata, "Kenapa nggak nolak waktu aku pesenin yang stroberi?"
Karena Mayuno tidak tahu itu khusus untuknya. Saat memesan, Hildan sama sekali tidak bertanya dan langsung menyebutkan apa yang ia inginkan. Sedangkan Mayuno hanya ikut saja, membiarkannya mengurus kencan mendadak mereka.
Namun, tidak mungkin Mayuno mengatakan itu. "Tadinya aku pengen yang stroberi, tapi liat punya kamu keknya enak banget. Emm ...." Lagi-lagi ia menyuap suapan besar ke dalam mulut, diakhiri dengan reaksi berlebihan.
Hildan menarik napas panjang guna meredakan kekesalan. Melihat wajah Mayuno yang begitu menikmati makanannya saat ini sangat mengesalkan, di tambah gadis itu yang dengan sengaja mengeraskan suara gumamannya.
"Emm ... lumer ...."
Seperti itu. Jadi Hildan berpikir lebih baik berpaling ke arah lain, memandang sekitaran danau yang asri serta burung-burung yang terbang ke sana kemari, sambil menenggak teh ocha yang ia beli di minimarket dekat danau. Namun, pilihannya sangat salah karena suguhan pemandangan yang terlihat pertama kali ialah sepasang kekasih tengah berciuman di sebuah perahu bebek yang lebih besar dari milik mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mayuno Sang Figuran
Novela JuvenilSehari setelah membaca novel yang ia temukan di bawah kasur, seorang gadis mati secara menyedihkan saat mencoba lari dari renternir. Entah karena keajaiban apa, matanya kembali terbuka, tetapi bukan sebagai dirinya, melainkan Mayuno. Mayuno adalah t...