"Eh, kamu liatkan tadi? Bianca sengaja bikin Sien kaget. Jelas banget kalo dia kesel setelah Sien nyebut video. Menurut kamu, video apa yang dimaksud Sien?" tanya Freya tiba-tiba setelah mereka saling diam cukup lama di dalam mobil yang melaju menuju rumah Mayuno. Sedari tadi Freya sibuk merias wajahnya. Pertemuan di kafe sudah selesai. Masing-masing dari mereka membawa modul pembelajaran yang dibuat Bianca.
"Beneran Bianca yang nyolek? Aku nggak tau." Mayuno tahu karena sempat melihat tangan Bianca bergerak cepat. Ia pikir Freya tidak, makanya segera pasang badan, rupanya gadis itu juga tahu. Benar-benar saling menusuk.
Soal video, Mayuno sendiri tidak tahu, dan juga ingin tahu. Yang pasti kalau berhubungan dengan Bianca apalagi dengan perantara Sien, bisa dijamin ada niat jahat di baliknya. Andai saja teman diskusinya saat ini bukan Freya, ia pasti mengemukakan pikiran negatifnya mengenai tokoh antagonis itu. Dalam keheningan sebelumnya, Mayuno sudah mencoba mengingat jalan cerita, tapi tidak ada informasi yang ia dapatkan mengenai video apa yang dimaksud. Bianca memang pernah menggunakan video untuk menghancurkan orang lain, tapi tidak ada andil Meira di sana.
Freya mendengus pelan, mengeluarkan cermin kecil dari dalam tasnya untuk memeriksa wajahnya sendiri. "Iya juga. Kamu nggak mungkin kepikiran, sih. Salahku udah nanya ke orang yang kurang tepat."
Mayuno mendelik sekilas pada Freya yang masih asyik bercermin sambil mengeluh. "Aduh .... Kayaknya mau tumbuh jerawat, nih. Kenapa sih, tiap PMS harus jerawatan dulu?"
Enteng sekali gadis berambut sebahu itu menyindir Mayuno. Secara halus, Freya sama saja mengatakan kalau kapasitas otaknya di bawah rata-rata. Mayuno tahu ucapan itu berdasarkan penilaian Freya selama ini terhadap Mayuno asli, tapi sebagai penghuni baru raga ini, ia tidak bisa tidak merasa kesal. Bahkan belum lewat sehari dan ia sudah diinjak berkali-kali.
Memilih untuk tidak menanggapi, Mayuno melanjutkan permainan di ponsel pintarnya. Padahal baru beberapa jam yang lalu, ia berpikir kalau Freya yang paling normal. Salah besar. Mereka tidak ada yang waras.
Freya menepuk bahu Mayuno. "Gimana?" tanyanya ceria saat Mayuno menoleh. Freya menolehkan wajahnya ke kiri dan kanan, mengedipkan mata, dan memajukan bibirnya. Ekspresinya itu cukup menyebalkan untuk dilihat, tidak menunjukkan rasa bersalah sama sekali setelah menghina orang lain.
"Apanya?" tanya Mayuno balik, tidak mengerti.
"Aku mau langsung ketemuan sama Kak Tristan. Jadi gimana make up aku?"
"Bagus," jawab Mayuno tak acuh.
"Ya, kan? Aku baru belajar kemaren. Hm ... May?"
"Ya."
"Kok kamu cuek, sih?"
Apa maunya? Dia sangat peka kalau itu berhubungan dengan diri sendiri, tapi tidak memikirkan perasaan orang lain.
Mayuno memaksakan senyumnya mengembang. "Perut aku mules." Ia berdusta.
"Kenapa nggak ngomong dari tadi? Pak cepetan!" titah Freya pada supirnya.
"Baik, Non."
Ngomong-ngomong soal Tristan, ia adalah pacar Freya. Di antara mereka berempat, Freya yang paling romantis soal percintaan. Ia gadis yang setia dan sangat menyayangi Tristan, begitupun sebaliknya. Setidaknya begitu sebelum Bianca menghasut Freya dan membuat gadis itu menjadi mudah curiga, cemburuan, dan menjadi overprotektif hingga Tristan lelah.
Enam hari berlalu begitu saja dengan cepat, tapi banyak yang telah terjadi. Misalnya, Mayuno yang lupa akan ada ulangan biologi hari Kamis karena tidak terlalu memperhatikan ucapan Jessie, harus belajar dari jam 10 malam sampai jam satu pagi. Hasilnya, ia mendapat nilai 46 dan seperti janjinya, Jessie memotong uang saku Mayuno yang tadinya seminggu 500 ribu, menjadi 300 ribu. Hukuman itu akan berlangsung selama sebulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mayuno Sang Figuran
Ficção AdolescenteSehari setelah membaca novel yang ia temukan di bawah kasur, seorang gadis mati secara menyedihkan saat mencoba lari dari renternir. Entah karena keajaiban apa, matanya kembali terbuka, tetapi bukan sebagai dirinya, melainkan Mayuno. Mayuno adalah t...