34. Status

2K 223 11
                                    

Pagi ini Hildan mengirim pesan kalau kakinya terkilir sekaligus bengkak akibat terpeleset di kamar mandi. Jadi, untuk pertama kalinya sejak jiwanya masuk ke novel, Mayuno diantar ke sekolah oleh Jessie. Namun, ia berangkat kesiangan lantaran Jessie baru bangun tidur setelah semalam begadang. Hari ini wanita itu libur, ia berpikir akan bersantai tanpa harus bangun pagi. Itulah alasannya begadang menonton film sampai jam dua pagi.

Sesampainya di sekolah, pagar sudah hampir ditutup sepenuhnya. Alhasil Mayuno harus berlari dan menyelip cepat di sela pagar yang terus menutup tanpa mau menunggu. Meski begitu, karena terlambat Mayuno harus melapor ke guru piket dan mendapat hukuman menyalin permintaan maaf sebanyak empat lembar kertas HVS ukuran F4 bolak-balik hingga jemarinya terasa seperti mie kering, keriting dan kaku.

Penderitaannya tidak selesai disitu sebab kebetulan sekali di jam itu yang mengajar adalah wali kelasnya sendiri yang terkenal disiplin dan galak, jadilah Mayuno disuruh berdiri di depan kelas sampai istirahat pertama sambil masih menggendong tasnya. Menyedikan sekali.

Kabar baiknya, Mayuno sempat melihat Niria walau hanya sekilas sebelum Irina mencegahnya masuk kelas dan menyuruh berdiri. Gorden jendela indoor pun ditutup, itulah mengapa Mayuno tidak bisa mengintip lagi. Walau sekilas, tapi ia bisa dengan jelas mengatakan Niria memang cantik. Sama cantiknya dengan Bianca kalau boleh jujur.

Dua gadis yang menjadi tokoh protagonis dan antagonis memiliki kecantikan yang berbeda. Kalau Bianca menguarkan aura dingin, elegan, dan misterius seperti seorang ratu kegelapan, sedangkan Niria lembut. Gadis berambut biru keperakan itu memancarkan aura putri kerajaan yang ceria dan ramah, serta rapuh secara bersamaan.

Bel istirahat berbunyi. Mayuno segera masuk setelah Irina keluar dan memberinya ijin masuk setelah menanyakan alasan keterlambatan serta memberi sedikit nasehat. Karena ini istirahat pertama maka kelas kosong dengan cepat. Mayuno pun tidak dapat menemukan keberadaan Niria.

Karena perutnya juga lapar, Mayuno memutuskan untuk pergi ke kantin sendirian dengan langkah gontai. "Apa-apaan kesialan beruntun ini? Kemaren udah mencret, sekarang terlambat." Jari tangan dan betisnya terasa keras akibat berdiri selama satu jam. "Haaah ...."

"Oy, Pinky!" Sebuah suara bass terdengar dari belakang, menggema di sepanjang lorong menuju kantin.

Tanpa memedulikan suara itu, Mayuno terus berjalan dengan menahan gejolak di perutnya yang berpesta hingga menimbulkan bunyi kelaparan. Lagian, itu tidak ada hubungannya dengan Mayuno.

"Pinky, tunggu!" Terdengar suara yang sama meneriakkan kata yang sepertinya mengacu pada nama makhluk hidup. Namun, lagi-lagi Mayuno mengabaikan ocehan di belakangnya.

"Eh, Pinky. Bro Hildan nggak masuk, ya? Ke mana dia?"

"Astaga!" Mayuno terlonjak begitu lelaki yang tadi berteriak mendadak muncul di sebelahnya dan bertanya begitu dekat dengan telinganya. Lebih terkejut lagi melihat betapa besar dan tinggi lelaki yang sedang menatapnya tajam dengan pupil cokelat yang berbinar sambil tersenyum lebar. "S-siapa?" tanya Mayuno tergagap, kakinya perlahan mengambil langkah mundur, menjauh dari tubuh besar menjulang macam kingkong itu. Kingkong yang lumayan tampan.

"Hildan, pacar kamu. Dia nggak masuk hari ini. Udah dua hari juga dia nggak dateng ke gym. Padahal katanya mau latihan satu bulan full. Aku baru tau tadi pagi dari pegawai soalnya udah tiga hari absen juga. Aku chat nggak dibales, ditelpon nggak diangkat," celotehnya sambil menaruh tangan berototnya di bahu Mayuno yang langsung berjengit takut dan membeku seketika, berhenti melangkah mundur lebih jauh.

Mata Mayuno berkedip beberapa kali, masih bingung dengan kehadiran mendadak lelaki besar itu sekaligus ketakutan karena bahunya sedang ditahan. Ia takut kalau bergerak sedikit saja lelaki itu akan meremas bahu dan meremukkan tulangnya seketika.

Mayuno Sang FiguranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang