33. Mulai Menyerang

1.9K 200 11
                                    

Pandangan dua orang gadis yang berada di dapur itu saling terkunci satu sama lain dalam diam untuk beberapa saat sebelum salah satunya, yaitu Bianca memiringkan kepalanya dan bertanya dengan polos tanpa seringaian mengerikannya lagi. "Kamu kenapa ngeliatin aku kayak gitu, May?"

Mayuno tak menjawab, diam sambil menaruh wadah berisi leci yang sudah di kupas ke atas pantry. Rasanya berat sekali untuk mendekati Bianca.

Bahkan setelah apa yang dia lakukan, Bianca sepertinya tak terlihat panik karena ia bertanya dengan suara yang cukup keras. Menurut Mayuno itu sangat tidak normal, orang normal akan setidaknya berbicara lebih pelan untuk berusaha menyembunyikan perilaku aneh mereka saat ketahuan oleh orang lain. Apalagi perilaku yang menjijikkan.

"Kenapa, Bia?" tanya Freya agak berteriak dari ruang tamu.

"Nggak tau. Mayuno ngeliatin aku kayak ngeliat setan." Bianca menjawab sama kerasnya.

"Emang aku lagi liat setan." Andai saja rem di mulut Mayuno blong, ia pasti sudah berkata demikian saking menyebalkannya respon itu. Siapapun pasti akan menunjukkan reaksi yang sama jika melihat pemandangan tidak lazim begitu. Ia yakin Freya dan Sien yang walaupun begitu menyembah Bianca pun akan bertampang sama. Jika mereka masih berakal.

"Maksudnya?" tanya Freya lagi dari tempatnya.

Mulut Mayuno sedikit terbuka, ingin menjawab dan memberitahu Freya apa yang barusan terjadi, tapi ditelannya lagi. Ini aneh, sangat aneh. Tidak mungkin Bianca melakukan hal sembarangan yang akan memperburuk citranya dan sengaja menarik perhatian Freya dengan bersuara keras.

"Hei!"

Gadis yang mematung dan tenggelam dalam pikiran itu berjengit kaget mendapati sebuah tangan menepuk pundaknya. Spontan ia menoleh ke samping, memandang Freya horor dengan degupan jantung cepat. Sungguh mengagetkan.

"Kamu ngagetin, tau!" sentaknya kesal sambil menghembuskan napas perlahan.

"Kamu ngapain liatin Bianca kayak gitu?" Ada nada kesal di dalam pertanyaan itu.

Ah, Mayuno paham, lantas merasa lega mengurungkan niat memberitahu keburukan Bianca barusan. "Aku kaget. Aku 'kan lagi nyiapin cemilan, terus Bianca nyuruh ambilin leci sekalian. Eh, pas aku balik badan ..." Kalimatnya menggantung untuk melirik Bianca yang juga tengah melihatnya. "... Ada kecoa rambatin dinding belakang Bianca," jelasnya berdusta dan saat itu pula, dalam beberapa detik Mayuno menangkap raut kecewa Bianca, hanya beberapa detik saja.

"Apa?! Kecoa?!" pekik Freya histeris, langsung memeluk leher Mayuno sangat kuat hingga gadis itu tercekik. "Ih! Mana?! Mana kecoanya sekarang?!"

"U-udah lari ke bawah," jawab Mayuno terbata sambil menahan lengan Freya yang makin menekan tenggorokannya.

"Bawah?!" Mata Freya membelalak. Tanpa melepaskan pelukannya yang menyiksa, Freya menolehkan kepala meneliti lantai penuh ketakutan mencari hewan kecil yang menjadi momok bagi banyak orang itu, kemudian beralih pada Bianca yang masih berdiri santai. "Bia ... pokoknya kamu harus komplain ke pemilik gedung! Masa mahal-mahal gini ada kecoanya."

"Nggak usah berlebihan. Besok pembantu aku udah mulai kerja, jadi biar dia yang ngurus. Lagipula Frey, yang lebih penting sekarang lepasin Mayuno. Dia kayaknya hampir mati, tuh."

Freya menoleh cepat pada Mayuno yang mulai memucat, memegangi lengannya yang melingkar di leher. "Oh! Maaf!" ujarnya sambil melepas pelukan dan membuat Mayuno langsung terbatuk. "Kok kamu diem aja, sih?"

"Kamu ... kamu nggak denger," jawab Mayuno dengan napas terengah. Sialan! Tenaga gadis yang tampak paling feminim itu ternyata tidak main-main.

"Hahaha. Kalian berdua imut banget, deh. Pengen gigit rasanya. Ngomong-ngomong Freya sayang, jangan takut. Nanti keseruan kita bakal terganggu gara-gara kecoa. Tenang aja. Dia lari ke sudut dan nggak bakal berani keluar. Kalo dia berani, bakal aku injek sampe ancur kayak dulu. Dah, kamu balik aja ke depan temenin Sien. Aku sama Mayuno lanjut nyiapin cemilan buat kita."

Mayuno Sang FiguranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang