84. Pasangan Romantis

1.6K 199 71
                                    

Operasi penyelamatan membutuhkan waktu selama delapan jam lebih sampai dokter bedah keluar dari ruang operasi. Saat itu, semua orang yang menunggu tengah tertidur karena kelelahan kecuali Ghani yang barusaja kembali dari kantor polisi. Pria itu lantas berjalan cepat menghampiri sang dokter.

Dokter pria paruh baya itu mengajak Ghani pergi ke ruangannya, untuk memberikan penjelasan mengenai keadaan Jessie yang kini harus terus dipantau oleh tenaga medis pasca operasi.

"Nyonya Jessie mengalami kerusakan saraf dan organ dalam akibat serangan yang dialaminya. Hal ini dapat berdampak pada fungsi tubuhnya, termasuk mobilitas, fungsi motorik, dan kesehatan secara keseluruhan," jelas dokter yang bernama Yahya itu kepada Ghani.

Ghani yang mendengar itu pun menghela napas berat. "Apa itu artinya Jessie tidak akan bisa beraktivitas seperti biasa lagi?"

"Bisa. Namun, perlu waktu yang cukup lama.  Setelah operasi ini, masih akan ada operasi lanjutan yang diikuti oleh rehabilitasi fisik jangka panjang. Selain itu, selain luka fisik, Nyonya Jessie juga berkemungkinan mengalami dampak psikologis, sehingga dukungan dari keluarga sangat diperlukan di sini."

"Mungkin pertanyaan ini terlalu cepat untuk saya tanyakan, tetapi apakah Jessie bisa melanjutkan karirnya sebagai seorang dokter bedah?" tanya Ghani agak ragu karena dirinya pun merasa kalau pertanyaan tersebut tidak terdengar pantas di kala Jessie baru saja terkena musibah.

Dokter Yahya tak langsung menjawab. Lelaki paruh baya itu mengulum bibirnya sendiri sambil menyatukan kedua tangannya di atas meja.

"Itu tergantung pada tingkat pemulihan dan evaluasi medis mendatang. Ada beberapa faktor yang mesti dipertimbangkan, yaitu kondisi fisik, tingkat konsentrasi, dan dampak psikologis. Karena seorang dokter bedah memerlukan konsentrasi dan keterampilan motorik yang baik. Jadi, tentang apakah Nyonya Jessie bisa melanjutkan karirnya, saya sendiri belum bisa memastikan."

Sekali lagi Ghani menghela napas. Ia pikir, dirinya harus bersiap karena menurut penjelasan Yahya selanjutnya, Jessie memerlukan waktu beberapa bulan untuk menjalani proses pemulihan rutin. Selama waktu itu, ia harus lebih memperhatikan Mayuno dan lebih sering menengok gadis itu.

Untuk sementara, selama beberapa minggu Jessie harus tetap tinggal di rumah sakit, Mayuno akan dibawa ke rumahnya. Ghani akan membicarakan ini dengan Suri karena bagaimanapun, wanita itulah istrinya saat ini. Keputusan yang akan diambil perlu persetujuan kedua belah pihak.

"Tentu aku nggak keberatan sama sekali, Pa." Suri menyahut cepat setelah mendengar penuturan Ghani. "Kamu mau 'kan, Sayang?" tanya wanita itu beralih ke arah Mayuno yang masih bersandar di bahunya.

"Mbak Ita gimana? Dia nanti sendirian."

Kedua orang dewasa itu saling pandang usai mendengar Mayuno berkata demikian masih dengan tatapan tanpa nyawa. Gadis itu tampak seperti tidak memiliki semangat hidup.

"Aku mau di rumah aja. Aku bakal nunggu Mama di rumah sama Mbak Ita," ucap Mayuno lagi sambil menegakkan tubuh lalu mendongak menatap Ghani. "Yang lebih penting, Pa, apa kata polisi? Nggak mungkin Mama chatan sama orang berengsek, nggak jelas gitu."

Ghani mengulurkan tangan mengusap puncak kepala sang putri sembari membalas tatapan bak ikan mati itu dengan hangat, lantas mendudukkan diri agar bisa memberikan penjelasan dengan lebih nyaman.

"Akun media sosial mamamu di-hack dan disalahgunakan buat nipu dan meres tersangka. Tapi polisi kesulitan buat ngelacak pelaku utamanya karena alamat IP-nya berasal dari luar negeri."

Kelopak mata Mayuno yang berkantung langsung menyipit tak senang. "Apa itu artinya pelaku utamanya nggak bisa ditangkep?"

Pertanyaannya yang mengandung rasa kesal tak terjawab sama sekali oleh Ghani. Hal itu membuat Mayuno merasa sangat marah mengetahui dirinya begitu tak berdaya, tidak mampu memberi bantuan apapun untuk salah satu orang kesayangannya.

Mayuno Sang FiguranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang