Menanak nasi dan jangan lupa mengecek tombolnya berdasarkan pengalaman beberapa hari lalu, check!
Memasak lauk untuk makan malam, check!
Membuatkan kopi pahit untuk sang ayah yang sebentar lagi akan pulang, check!
Mandi, check!
Membawa masuk pakaian yang dijemur, check!
Semua rutinitas sore menjelang malam sudah Hildan lakukan dengan baik. Sekarang tinggal rebahan menunggu ayahnya pulang lalu makan malam. Seperti kebanyakan remaja dan manusia modern lain, saat santai di rumah seperti ini Hildan habiskan untuk bermain gagdet. Entah itu ponsel, laptop, atau komputer. Teknologi serbaguna itu sudah menjadi pelarian paling ampuh bagi semua orang.
Bermain game, menonton film atau video di aplikasi, menggulir media sosial, atau hanya sekedar bertukar pesan dengan orang lain merupakan kegiatan yang bisa dilakukan dengan satu alat itu.
Begitupun dengan Hildan. Dulu, ia lebih sering bertukar pesan dengan lawan jenis di waktu luang. Entah itu pacar atau teman. Kadang mereka akan melakukan pap atau post a picture dengan berbagai pose. Namun, tak pernah sekalipun ia seantusias ini ketika mendapat kiriman foto selain dari Mara saat mereka masih bersama.
My May mengirim foto.
Notifikasi itu berhasil membuat ujung-ujung bibirnya tertarik, menciptakan senyuman lebar yang jika orang lain melihat, mungkin akan dikira Hildan baru saja mendapatkan hadiah besar. Senang sekali, sangat senang sampai jantungnya ikut berdebar karena ini foto pertama yang Mayuno kirim setelah sekian lama. Lebih tepatnya sejak gadis itu merubah sikap.
Jangankan foto, mengirim pesan basa-basi saja bisa dihitung jari. Kalau bukan mengenai hal penting, sudah pasti tidak akan ada satu pun. Hildan sendiri, karena setiap hari mereka menghabiskan waktu bersama dan terbawa kebiasaan pun melakukan hal yang sama. Alhasil, percakapan mereka melalui ponsel sangat jarang terjadi.
Entah pose macam apa yang akan Mayuno tunjukkan kali ini, Hildan tidak bisa membayangkannya mengingat perubahan gadis itu. Kalau dulu pose imut menjadi pose andalan yang anehnya walaupun cocok, Hildan tidak terlalu tertarik. Mungkin karena terpengaruh oleh faktor lain.
Menyudahi kegiatan nostalgia, Hildan menyentuh notifikasi itu dengan perasaan riang. Namun, foto yang keluar sangat jauh dari ekspektasi, bahkan sangat bertentangan hingga membuatnya terkejut sampai merasa lemas. Tidak yakin, disentuhnya foto itu lalu diperbesar hingga makin jelas terlihat.
Lelaki berambut merah itu memang dirinya dan perempuan yang menciumnya itu Mara. Berciuman bibir.
Dengan tangan gemetaran dan jantung memompa cepat, Hildan langsung saja menyentuh lambang telepon di kanan atas kontak Mayuno. Menelpon dalam keadaan bingung dan kaget bukan main.
Apa maksudnya ini? Kenapa Mayuno mengirim foto seperti ini? Yang lebih penting, mengapa ada foto macam ini? Berbagai pertanyaan terus berputar di dalam kepala sambil terus berusaha menghubungi Mayuno untuk mendapatkan jawaban.
Namun, berapa kali pun Hildan menelpon, tidak ada yang diangkat satu pun padahal lelaki itu tengah dilanda kebingungan serta kepanikan hebat. Yang ingin ia dapatkan adalah penjelasan akan keberadaan gambar menjijikan itu. Bukan takut. Karena pada dasarnya Hildan tidak ingat pernah berciuman dengan Mara bahkan ketika mereka berpacaran.
Sudah enam panggilan tanpa jawaban, akhirnya Hildan mengirim pesan.
May, apa maksudnya ini?
May, foto darimana ini?
Aku nggak pernah ngelakuin itu. Jadi, kenapa ada foto kayak gitu?
Dari siapa kamu dapet ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Mayuno Sang Figuran
Ficção AdolescenteSehari setelah membaca novel yang ia temukan di bawah kasur, seorang gadis mati secara menyedihkan saat mencoba lari dari renternir. Entah karena keajaiban apa, matanya kembali terbuka, tetapi bukan sebagai dirinya, melainkan Mayuno. Mayuno adalah t...