5. Geng antagonis

6.3K 462 3
                                    

Di sebelah kanan ada Freya, kiri Sien, dan depan Bianca. Kini Mayuno dikelilingi oleh sahabat-sahabatnya yang berekspresi sama, kecuali Bianca yang sibuk dengan ponsel, ekspresi menunggu jawaban. Mereka berempat sedang duduk di kelas Sien dan Bianca, kelas 10-A. Tentang bagaimana Mayuno berakhir di sini, sama seperti sebelumnya. Freya datang dan langsung menariknya paksa.

"Jadi, kamu pakai jampi apa?"

"Hah?" Mayuno ternganga mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Sien.

Freya terbahak. "Heh, Non. Kamu percaya gituan? Percuma dong jadi murid SMA elit." Gadis itu segera mengaduh karena Sien menghadiahkan sebuah cubitan kecil yang membuat kulit putihnya memerah. "Sakit tahu!"

Setelah adu pelototan dengan Freya, Sien mengalihkan atensinya pada Mayuno. "Maksudnya, kok bisa Hildan sebucin itu ke kamu? Well, he is a playboy. Tapi nggak sampai kayak gitu juga. Gimana, ya? Pokoknya walaupun ramah dan romantis, itu cowok nggak bakal kelihatan bucin dalam waktu dua hari."

"Gitu, ya?"

"Yep." Sien mengangguk yakin. "Menurut survei, setelah jadian biasanya si cewek yang harus berusaha bikin Hildan luluh dan rata-rata butuh waktu seminggu. Walaupun akhirnya cuma tahan paling lama dua bulan, sih."

"Survei darimana, tuh?" tanya Freya yang diangguki Mayuno.

"Sendirilah! Eh, itu si gendut!" tunjuk Sien ke arah pintu, membuat ketiga orang lainnya melihat ke sana. "Darimana aja? Sini cepetan!" perintahnya pada seorang gadis gemuk yang baru muncul membawa buku di pelukannya.

Sambil menunduk, gadis itu berjalan setengah berlari mendekati kelompok mereka. Memeluk bukunya makin erat, gadis itu jelas sekali sedang ketakutan.

"Mumpung ada kurir, nih. Kalian mau pesen apa?" tanya Sien pada ketiga kawannya dengan riang.

"Kayak biasa," jawab Bianca tak acuh. Ia masih sibuk mengetik di layar ponsel.

"Sama," balas Freya.

"Aku masih kenyang." Mayuno berbohong. Yang sebenarnya adalah hatinya merasa tidak nyaman untuk ikutan menyuruh gadis yang di dada kirinya tertulis nama Tari Arina itu.

"Diet, ya? Demi Hildan?" goda Freya. Mayuno hanya menggeleng. Entah mengapa perasannya memburuk sekarang.

"Ya udah. Aku juga sama. Sana, Hus! Cepetan lho, ya. Nih, uangnya. Oh, aku juga mau smoothies. " Sien menyodorkan uang seratus ribu.

Mayuno mengernyit saat Tari buru-buru mengelap telapak tangannya ke rok sekolah sebelum menerima uang itu. Kernyitannya makin dalam, karena Sien dengan santainya menaruh tangannya di kepala Tari lalu mengacak rambut ikalnya yang diikat biasa.

"Nah, gitu 'kan pinter. Gak sia-sia aku ngajarin kamu buat ngelap tangan kamu yang gampang keringetan itu. Udah, udah fix cocok jadi babu!" ejeknya yang disambut tertawaan beberapa murid yang ada di kelas itu.

Tari hanya bisa diam menunduk mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan itu, karena memang itulah respon paling aman yang bisa ia lakukan untuk melindungi pekerjaan orang tuanya dan dirinya sendiri.

Mayuno tahu tentang hal ini sebab di masa depan, Tarilah yang menjadi penyebab Niria menjadi target buli selanjutnya oleh geng ini. Karena ia adalah tokoh utama yang sifatnya dibuat mudah berempati, gadis itu maju membela Tari yang tengah diolok-olok.

Apakah setelahnya Tari terbebas? Tidak. Sien adalah pendendam akut yang tidak semudah itu melepas 'babunya'. Ayah Tari yang bekerja di perusahaan milik orang tua Sien dituduh melakukan penggelapan dana dan dipecat secara tidak hormat sehingga menyulitkan pria itu untuk mencari pekerjaan di kantor lain.

Mayuno Sang FiguranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang