40 LAPS TO GO

92 25 14
                                    

Happy reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading!

.
.
.

⋇⋆✦⋆⋇

Walau terlihat begitu teguh dengan apa yang terjadi dengannya, komentar orang lain masih bisa lolos untuk menggores hati kecilnya. Singgungan tentang kecelakaan itu sebenarnya mampu mengguncang semangatnya untuk terus berharap agar dapat kembali ke tempatnya mengukir prestasi.

Perkataan Elektra membekas di memori kecilnya, tidak dapat dipungkiri kalau memang ada ketakutan kalau peformanya tak lagi seperti dulu, walau karirnya terbilang masih sangat muda.

Hervé memandang teman sebangkunya, dia sangat bersukur memiliki seseorang seberani Emre di sisinya. Namun, rasanya tak lagi sama seperti dulu. Ada seorang gadis lagi yang seharusnya bersama mereka dan kini memilih untuk menjadi seseorang penyendiri dan menghindari kehidupan sosial di sekolah.

Camila Lenuex, gadis yang gemar menguncir rambut cokelat terang panjang nan lurusnya itu duduk di kursi paling depan. Hervé hanya bisa memerhatikan teman yang sudah tak lagi akrab itu dari belakang. Hervé rindu dengan senyum manis yang terukir indah di bibir tipis Camila ketika mereka bersama, tapi hal itu sudah jarang dia lihat sejak konflik yang terjadi di antara mereka.

Ternyata ada yang harus Hervé bayar setelah mengawali karirnya sebagai driver DNCR Academy Class Monako. Namun yang tak disangka adalah runtuhnya pertemanannya dengan Camila. Hervé dan gadis berwajah khas Eropa itu sudah berteman baik sejak di bangku sekolah menengah pertama, jauh sebelum dirinya bertemu dengan Emre.

"Soal Camila, kudengar dia akan mengundurkan diri dari sekolah," bisik Emre pelan. Mendengar hal itu, Hervé refleks menoleh, menautkan alisnya meminta penjelasan lebih.

"Apa maksudmu?"

"Banyak yang terjadi setelah kau home schooling. Aku memang tidak memberi update banyak tentang dia karena tidak mau mengalihkan fokusmu terhadap hal-hal seperti ini. Kudengar orang tua Camila bangkrut, restoran mereka tutup beberapa bulan lalu. Maka dari itu, Camila mulai kesulitan membayar uang per semester. Entahlah, kami pun jarang bicara. Kurasa dia sedang kerja sampingan di cafe dekat pantai."

Cerita dari Emre mengetuk rasa iba yang tertanam. Bagaimana bisa dia tidak tahu akan hal ini?

Hervé terdiam, tidak memberi respon signifikan sebagai balasan. Kini matanya teralihkan lagi pada Camila, berkata di dalam benak, aku bisa membantunya.

***

Camila lebih sibuk sendiri, wajahnya murung seperti awan mendung alih-alih secerah sinar mentari setelah hujan. Kantung matanya terlihat sangat jelas bahkan dari kejauhan, kulitnya kusam, dan langkahnya seperti orang yang kelelahan. Hervé mengikuti gadis itu melewati lorong-lorong sekolah yang dipenuhi suka ria remaja seusianya.

Langkah Camila yang jauh lebih cepat darinya, dengan seketika figurnya hilang di persimpangan lorong. Buru-buru Hervé mengejarnya agar tidak begitu jauh dari posisinya, akan tetapi gadis itu bagai seorang pesulap yang bisa menghilang begitu saja hanya berselang beberapa detik. Hervé tidak bisa menemukan eksistensi Camila di persimpangan bahkan dirinya sudah mengecek ke belakang, sisi kanan dan sisi kiri, hasilnya tetap nihil.

Yesterday Once MoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang