LAP 12 | Time

72 24 14
                                    

Happy reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading!

.
.
.

⋇⋆✦⋆⋇

Alarm berbunyi, menarik kembali jiwanya ke dunia nyata. Hervé sesekali mengedipkan matanya, menghela napas dan kembali mengingat pada kegiatannya semalam. Di akhir balap, dia sama sekali tidak menghampiri Max sebab kondisi Adhelard lebih menarik perhatiannya. Syukurnya pemuda itu baik-baik saja, akan tetapi banyak ganti rugi yang harus dibayar hanya untuk sekadar memperbaiki bodi mobilnya yang pecah.

Pagi ini terasa berbeda, bau masakan Charlie beredar sampai ke kamarnya. Hervé mengerutkan dahi, memandang ke arah pintu kamar, lalu segera beranjak dari tempat tidurnya.

Kakinya melangkah, membuka pintu, kemudian menghampiri area dapur. Aroma bumbu semakin tercium pekat. Bau tajam lada membuat Hervé merasakan gatal di hidungnya. Netranya menelisik ke arah dapur, tepatnya pada asap yang mengepul dari panci di atas kompor.

Charlie.

Dalang di balik sapaan bagi ini. Pagi-pagi buta menyiapkan sarapan seperti biasa.

Tak tinggal kacamata hitam bertengger di atas kepala, celemek berwarna merah yang melindungi kaos ketat abu-abunya dari bumbu-bumbu dapur.

Atensi Hervé beralih ke meja makan di mana dua piring kosong dan segelas susu sudah siap untuk dinikmati.

"Bisa bantu aku ambilkan piringnya? Dan mangkuk di lemari," titah laki-laki itu dengan lembut ketika menyadari Hervé sudah berdiri di dekat meja makan.

Entah kenapa rasanya menjadi canggung seperti ini, Hervé menuruti permintaan dari sang kakak tanpa berkata sedikit pun, padahal di dalam hatinya sudah menebak-nebak angin apa yang menampar Charlie sampai bersikap seakan tidak terjadi apa-apa pada mereka dua hari lalu.

Dua mangkuk sup diambil dari dalam lemari, pun piring di atas meja sudah diletakkan di samping kompor. Hervé melihat rebusan sup wortel di panci dan gnocchi di teflon.

Charlie mencurah beberapa sendok sup ke dalam mangkuk kemudian menaruh gnocchi ke piring. Hervé hendak memprotes sebab aneh rasanya ketika memakan gnocchi dan sup bersamaan, tapi niat itu diurungnya.

Kompor dimatikan, Charlie pun membawa dua mangkuk berisi sup itu ke meja makan sedangkan Hervé membantunya dengan dua piring gnocchi di tangannya.

Hening menyelimuti, piring itu Hervé letakkan di seberangnya, tepat di depan Charlie yang sudah duluan duduk di kursi meja makan.

Sarapan kali ini terasa sedikit kaku, pun menu yang menurut Hervé tidak cocok dimakan secara bersamaan.

Hervé menatap dengan ragu, mengambil garpunya dan mulai menusuk gumpalan kentang tumbuk itu lalu memasukkannya ke dalam mulut.

"Jangan protes, aku tahu ini aneh," ucap Charlie mencairkan suasana.

Hervé hanya merespon dengan dehaman kecil.

Yesterday Once MoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang