LAP 17 | Chicane

83 22 13
                                    

Happy reading!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Happy reading!

.
.
.

⋇⋆✦⋆⋇

Marc melepas dekapannya, memandangi Hervé dengan tatapan takjub, netranya bahkan tak berkedip sedikit pun. Sudut-sudut bibirnya tertarik, mengulas senyumam manis.

"Apa?" tanya Hervé dengan tawa kecil, pipinya terasa panas karena tak kuat menatap netra Marc yang indah.

"Apa kau sudah ada yang punya, Miss? Aku penasaran seberuntung apa pria itu sampai memiliki gadis cantik sepertimu." Suara Marc memelan, terdengar berat dan serak ketika pria itu mendekatkan wajahnya, memangkas jarak di antara mereka.

Cengkraman di tangan Hervé semakin erat seakan tidak mau membiarkan gadis itu bergerak barang satu inci darinya. Hervé tahu ke mana arah pandang netra beriris hazel itu, sensasi yang tercipta pada tubuhnya membuat kaki kiri melemah---andai alat bantu jalan tak menopang, mungkin tubuhnya sudah ambruk ke tanah.

"May I ...."

Napas hangat Marc dapat dirasakan berembus di pipinya. Hervé refleks menahan napas ketika tubuhnya kembali menegang.

"Valentino melihat kita," bisik Hervé sambil terkekeh manja.

"Yes, and?" Marc maju selangkah lebih dekat, tangan melingkar pada pinggang Hervé, menarik gadis itu ke tubuhnya.

Marc dapat merasakan detak jantung yang berdegup dari dada gadis itu saking kencangnya organ itu berpacu. Pria berdarah Spanyol itu pun menyunggingkan senyum, menatap ke bibir merah muda Hervé yang mengkilap, hanya tinggal beberapa inci sebelum keduanya saling bertaut.

"Miss Harvey ...," Valentino menegur, tapi tak digubris olehnya. Alhasil pria berkepala pelontos itu memutar tubuhnya, tak mau melihat kedua insan di depannya.

Hervé perlahan mendongak, sengaja ia buka sedikit bibirnya, siap menyambut kecupan hangat yang akan diberikan oleh sang pujaan hati. Gadis itu menutup matanya dengan jantung berdebar-debar.

Bagaimana kalau Valentino memberitahu Charlie?

Bagaimana kalau Charlie marah lagi?

"Te necesito, te adoro, te amo más hoy que ayer pero menos que mañana." (I need you, I adore you, I love you more today than yesterday, but less than tomorrow.)

Marc mengatakan itu dengan suara serak, berbisik, menggoda Hervé karena ia tahu ketika kalimat itu terucap, gadisnya akan merasakan sensasi menggelikan di perutnya dan dia suka saat Hervé berusaha menyembunyikan senyumnya saat pipi itu mulai memerah semerah tomat.

Dalam dekapan erat sensasi panas atmosfer, bibir mereka bertemu dalam kecupan lembut. Angin yang berembus menghanyutkan mereka dan waktu pun berhenti, memberi ruang bagi Marc dan Hervé untuk menikmati momen ini.

Yesterday Once MoreWhere stories live. Discover now