LAP 28 | Roses Now Dead (Part 2)

65 18 15
                                    

Valentino Matthiew Le Beau"The Bald Bodyguard"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Valentino Matthiew Le Beau
"The Bald Bodyguard"

Happy Reading!

.
.
.

⋇⋆✦⋆⋇

"Litto, can we talk?"

Bak dentuman dahsyat menerpa, Hervé bergeming sesaat, netranya membulat sebelum akhirnya memutar badan. Kepalanya mendongak, dan bertemulah iris cokelatnya dengan iris hazel milik pria latin yang berdiri di depannya sembari memegangi buket bunga baby's breath merah muda berukuran sedang dalam pelukan. Tidak hanya itu, Hervé juga melihat sebuah kotak hadiah berpita biru pastel berada di tangan kiri pria itu.

"H-hai," sapanya terbata-bata.

Pria berdarah latin itu tampak mengesankan dengan balutan kemeja putih yang dimasukkan ke dalam celana formal berwarna cokelat gelap. Rambut ikal semi-basah terlihat acak-acakan, menambah kesan rupawan.

Hervé refleks memegangi dadanya, merasakan betapa kencang detak jantung yang berpacu.

Dia tidak mengharapkan hal ini terjadi.

Marc tersenyum tipis, begitu tulus hingga gadis itu bisa jatuh lagi padanya dan membuat jarak yang telah dia susun selama ini seketika kandas.

"Cariño."

Bahkan Hervé rindu panggilan itu.

"Hey, what's up?" Senyum itu palsu, yang jelas tidak akan memancing keributan di antara mereka.

"Can we talk alone? Just us?"

Hervé langsung paham apa yang dimaksud oleh pacarnya itu.

Matanya langsung memandang Valentino yang masih asik sendiri memantau orang yang dia curigai memiliki niat jahat pada Hervé.

"Val," panggil Hervé berhasil mendapatkan atensinya. Pria itu pun menoleh, melirik Marc sekilas lalu dia berdiri dan mengangguk.

Marc berjalan ke tepian balkon yang dibatasi oleh pagar besi ketika Valentino masuk ke dalam dan menutup pintu kaca. Dan kini pria berkepala pelontos itu berdiri tepat di depan pintu sambil melipat tangannya di dada.

Tinggallah mereka berdua di balkon.

Antara Marc, Hervé dan terangnya rembulan.

Hervé berdiri menghadap Marc, memberi senyuman lagi padahal hati rasanya diremuk oleh ekspektasi.

"Happy early birthday, Sweetheart. Aku membawa bunga dan kado untukmu, kuharap kau suka," ucap Marc memecahkan keheningan di antara mereka.

Hervé tidak pernah merasa seragu ini untuk menerima pemberian dari pacarnya sendiri. Apa yang telah dia lewati tidaklah mudah, dan Marc ... selalu datang tiba-tiba, kemudian menghilang lagi---agaknya begitu.

Yesterday Once MoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang