LAP 26 | Roses Are Red

64 19 18
                                    

Thank you all of my readers and silent readers for the 1K! I love you guys!!! 🧡✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Thank you all of my readers and silent readers for the 1K! I love you guys!!! 🧡✨

.
.
.

Double update
Happy reading!

.
.
.
.

⋇⋆✦⋆⋇

Mereka selalu bilang kalau keluarga tidak akan pernah mengkhianati satu sama lain. Mungkin pernyataan itu memang benar, tapi nyatanya tidak semua keluarga memiliki keindahan tersebut.

Karena masalah kemarin, Hervé jadi irit bicara, bahkan gadis itu menghindari Emre dan Adhelard di sekolah. Butuh waktu untuknya untuk kembali menetralkan pikiran yang masih kalut dan khawatir tentang posisinya di kelas DNCR Academy. Walau Charlie sudah meyakinkannya kalau masalah itu tidak akan terdengar sampai ke Conor, hati Hervé masih gelisah perihal Teon.

Kalau memang apa yang Teon katakan tentang mobilnya tempo waktu tidak benar, lalu apa tujuan Teon mengatakan hal itu padanya?

Apa motif Teon?

Mengapa dia kembali setelah sekian lama mencampakkan keluarganya sendiri?

Berjuta-juta pertanyaan muncul tumpang tindih di kepala Hervé. Masih banyak misteri yang terbesit, keraguan itu masih menyelubungi hati kecilnya. Namun, di saat seperti ini Hervé hanya bisa berpasrah dan memberi kepercayaannya lagi pada sang kakak. Mau bagaimana pun, yang selalu hadir ketika dia mengalami masalah adalah Charlie seorang diri.

Gadis bernetra cokelat itu pun menghela napas pelan ketika mobil yang Valentino kendarai berhenti tepat di depan rumah. Pria berkepala pelontos itu segera turun lalu membukakan pintu mobil untuknya.

Hervé menapakkan kaki kirinya ke lantai keramik dengan bebatuan kecil. Baru saja tongkat kruk ikut keluar dari dalam mobil, tangan Valentino dengan sigap membantunya untuk berdiri. Netra cokelat Hervé seketika beralih pada bodyguard sewaaan kakaknya.

"Kau tidak perlu repot begitu."

Valentino berdeham. "Tidak masalah, Ms. Harvey."

"Ah, kau ini. Aku tidak lumpuh, aku bisa sendiri."

"Saya tahu Anda bisa sendiri, tapi biar saya bantu."

Dahi Hervé berkerut, sikap tak biasa dari Valentino membuatnya sedikit curiga. Orang yang dianggapnya sebagai sosok dengan personal dingin dan irit bicara ini dilelehkan oleh entah apa.

"Apa yang Charlie katakan padamu sampai bersikap selembut ini?"

Valentino mengerjap. "Quoi?"

"Oke, lupakan." Hervé menggeleng.

"Baiklah kalau begitu, Ms. Harvey, Ms. Lenoux sudah menunggu Anda di dalam."

"Ale di sini?"

"Ya. Anda tidak tahu? Akan ada pesta nanti malam---hanya pesta kecil yang Charlie adakan." Valentino menjelaskan sembari memapah Hervé menaiki beberapa anak tangga di teras rumah.

Yesterday Once MoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang