LAP 9 | Yesterday

92 25 12
                                    

"Hervé!" Seorang pemuda memanggilnya, spontan Hervé membalikkan badan. "Sirkuit malam ini?"

Suasana seketika mencair. Hervé tersenyum dengan mata berbinar ketika netranya mendapati seorang pemuda tampan berambut keriting berdiri di depannya.

"Adhelard—"

Pemuda bernetra hazel itu membuka lengannya lebar-lebar, berjalan mendekat lalu memberi satu pelukan hangat pada Hervé.

"Aww, kesayangan semua orang. Lama sudah tak kulihat wajahmu itu dari dekat. Terakhir kali aku pergi ke balapmu kita tidak sempat bertemu, padahal aku sudah berharap bisa berfoto dengan orang terkenal," kekehnya sambil menyudahi pelukannya. "Mumpung kau sudah kembali, bagaimana kalau kita ke sirkuit dekat pelabuhan? Malam ini ada pesta juga di sana. Kau harus datang!"

Hervé hendak menjawab dan mengiyakan, tapi teringat dengan kondisinya yang tidak memungkinkan untuk berpergian sendiri. Pun dirinya belum berbaikan dengan Charlie, maka meminta izin untuk hal semacam ini akan menjadi sepuluh kali lebih sulit.

"Tidak bisa malam ini ... aku mau, tapi ada hal lain yang harus kukerjakan," Hervé berkelit.

"Kau memang tidak berubah, ya. Apa ini soal izin Charlie? Ayolah, sekali-sekali coba pergi tanpa izinnya. Itu bukan hal baru, iya, kan? Jangan khawatir, kujemput jam sembilan."

***

Hervé mengendap-endap ke ruang tamunya, barangkali Valentino malam ini berjaga di rumahnya. Gadis berambut cokelat bergelombang itu sudah siap untuk pergi. Ya memang, awalnya dia tidak mau menerima ajakan dari Adhelard, tapi dia merasa hidupnya akhir-akhir ini terdengar mulai membosankan; tidak ada balap, tidak ada latihan, hanya ada T-Day dan drama membosankan lainnya. Mungkin dengan melanggar aturan Charlie akan sedikit menghibur.

Ruang tamu aman.

Teras rumah juga aman.

Hervé menarik sudut-sudut bibirnya, membuat lengkungan manis di wajahnya. Tepat sesaat setelah dia membuka pintu depan, mobil balap rakitan berwarna biru navy dengan sejuta stiker klub terparkir di depan gerbang. Hervé langsung yakin kalau itu adalah mobil jemputannya, tapi dia tidak menyangka kalau Adhelard akan menjemputnya dengan mobil itu, mobil yang biasa digunakan Adhelard untuk balap di sirkuit jalanan.

Klakson berbunyi, deru mesin mobilnya terdengar berat dan lantang. Getaran mesin terasa sampai teras rumah, Hervé rindu rasa itu. Sudah lama tidak mendengar suara yang begitu indah, walau ada perbedaan suara yang dihasilkan oleh mobil balap yang Hervé kendarai dan mobil balap jalanan---dan Hervé sudah pernah merasakan keduanya.

Adhelard mematikan mesin mobil, redup pula lampu neon yang semulanya bersinar dari bawah mobilnya. Dia datang, menghampiri Hervé yang sudah dahulu mendekat. Adhelard agaknya sedikit terpesona dengan penampilan Hervé yang begitu memukau walau hanya berbalut pakaian sederhana dan make up natural.

"Serius?" ujar Adhelard seperti mengejek pasalnya untuk sekelas balap jalanan yang terkesan seperti pesta malam, Hervé mengenakan celana jeans dengan atasan crop top putih bergambar hati berwarna merah muda; dan tas selempang kecil berwarna cokelat.

Alis Hervé bertaut hampir menyatu, merespons dengan protes. "Apa?"

"Angin DNCR memang mengubah atlet mereka. Kupikir kau akan memakai jaket kulit atau apa pun yang terkesan street race. Ternyata aku salah."

"Kau pasti berpikir aku akan terlihat seperti anak yang salah pergi ke pesta. Apa penampilanku sekonyol itu?" Hervé tertawa kecil sembari menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga.

Adhelard ikut tertawa, lalu menggandeng Hervé, menghampiri mobilnya.

Hervé ingat betul kapan terakhir kali dia mengendarai mobil rakitan di sirkuit dekat pelabuhan, dan malam itu juga Charlie memergokinya balapan liar bersama anak-anak lain dari klub. Momen yang tak terlupakan. Menurutnya, lebih seru ketika mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi di sirkuit jalanan dibanding sirkuit yang dibangun untuk balapan yang lebih sistematis. Mulai dari aturan dan lain hal.

Yesterday Once MoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang