LAP 31 ǀ Sim Race

74 19 22
                                    

Happy reading! 💗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading! 💗

.
.
.

⋇⋆✦⋆⋇

Buru-buru Hervé ke tempat sampah, dan langsung membuat buket bunga berwarna merah muda itu.

Di belakangnya, Emre mengikuti, bertanya-tanya karena Hervé pun tidak mengatakan apa-apa. Gadis itu langsung beranjak dari cafeteria ke halaman belakang sekolah hanya untuk membuang buket bunga yang baru saja ia dapatkan dari seseorang.

Emre tidak terlalu mengerti, maka dari itu dia mencegat Hervé sebelum gadis itu kembali beranjak ke tempat lain.

"Bisakah kau jelaskan lebih dulu? Herv, ada apa?"

Hervé melirik ke arah Valentino yang menyusul mereka sebelum atensinya kembali pada Emre.

"Tidak semua barang dari orang asing bisa kita terima."

"Kau menyembunyikan sesuatu," ucap Emre memicingkan mata, menatap curiga.

"Tidak ada yang kusembunyikan," balasnya dengann nada super rendah.

"Ms. Harvey, kau baik-baik saja?" Valentino memastikan, menyadari Hervé terlihat sedikit gusar, kemudian dia menghampiri tong sampah kosong yang hanya berisi buket bunga yang baru saja Hervé buang.

Pria tak berambut itu mengambilnya kembali tanpa rasa jijik sedikitpun. Ia memeriksa kembali apa ada yang harus dicurigai dari barang itu, dan pada akhirnya dia pun paham kenapa Hervé bertingkah demikian.

"Teon," gumamnya menatap Hervé.

Gadis beriris cokelat itu merampas kembali buket bunga yang Valentino pegang, lalu dilempar kembali ke dalam tong sampah.

"Buang saja, Val, tidak penting," ucap Hervé tak acuh.

"Saya tidak melihat siapa pun di dekat sini," Valentino kembali bergumam.

"Tentu saja Pa tahu kalian mengawasi."

Apa yang kau rencanakan, Pa? batin Hervé.

---

"Hey, Mate! Aku bawakan bir terbaik se-Monako untukmu," Max berkata dengan girang seraya masuk ke dalam rumah.

"Usaha yang bagus untuk mengajak adikku jalan, jawabanku tidak," Charlie menegaskan, tersenyum miring, "dia tidak akan keluar malam ini, Mate."

"Kenapa? Ayolah, Hervé I, Hervé II pasti sudah menungguku," ucapnya dengan nada mengejek.

Charlie agak terkejut pasalnya Max memanggilnya dengan panggilan yang sangat jarang, bahkan dia sendiri tidak pernah memberi tahu nama lengkapnya, dan kini laki-laki berdarah Belanda itu malah terang-terangan menyebut namanya.

"Tentu saja Hervé memberitahunya," gumam Charlie.

"Oh hei, Maxie," sapa Hervé yang tiba-tiba muncul dari belakang Charlie.

Yesterday Once MoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang