Happy reading!
.
.
.⋇⋆✦⋆⋇
Entah kenapa suhu terasa lebih dingin dibanding sebelumnya. Mematung, pikiran pun jadi kalut pasalnya bisa saja Max melaporkan yang tidak-tidak pada Charlie tentang kehadirannya di tempat ini.
Mobilnya terparkir tak jauh dari pusat acara, Hervé seringkali memalingkan wajah, berharap Max tidak menyadari eksistensinya di sana. Di dalam hati, Hervé memaki-maki diri sendiri, rasanya ingin segera tenggelam ke dalam keramaian orang-orang yang tengah berpesta mengikuti lantunan musik, berbaur, lalu menghilang.
Melirik sekali lagi, Hervé dapat memastikan kalau dia tidak salah lihat. Maximile di sini, membawa mobil balap entah milik siapa bersama seorang laki-laki lainnya di kursi penumpang. Kaos abunya basah separuh, seperti sehabis olahraga, begitu juga keringat yang membasahi rambut cokelat terang kekuningannya dan menciptakan bayangan gelap di rambutnya alih-alih terang.
Ketika pria itu keluar dari mobilnya, arah mata tidak lagi melihat ke sekeliling, Hervé menjadi pusat perhatiannya seakan wanita-wanita berpakaian sexy dan sejumlah laki-laki yang mengerumuninya bukanlah hal apa-apa. Mata birunya memandang lekat pada gadis yang berdiri di jalan minim cahaya, menunggu seorang teman yang tak kunjung datang. Mengabaikan orang di sekitar, Max menghampiri dan tidak membiarkan seorang pun mengikutinya.
Lagi, Hervé tetap berpura-pura tidak melihat apa pun, berusaha tidak menatap balik, bergeser sedikit demi sedikit dengan lagak tidak melihat kedatangan Max yang sudah tinggal beberapa langkah dari posisinya.
Hervé melangkahkan tongkatnya lalu-
"Apa yang kau lakukan di sini?" Nada bicara yang serius itu menghentikan kepura-puraan ini. Hervé terkekeh, membalikkan dengan canggung. Cengiran kecil melesat dari bibir merah mudanya. Gadis itu sedikit mendongak agar bisa menatap Max yang satu kepala lebih tinggi darinya.
"Apa yang kau lakukan di sini?" Alih-alih menjawab, dirinya malah bertanya balik.
Alis Max tertekuk ke dalam, tidak ada barangkali senyum tipis yang tertaut di bibirnya. Tatapan itu serius, menunggu jawaban, bukan hanya sekadar basa-basi.
Hervé menelan salivanya, lalu berdeham. "Oke, aku tahu kau pasti terkejut kenapa aku bisa berada di tempat ini, sama halnya denganku. Kau tahu acara seperti ini agak ... ilegal," Hervé mengernyit sembari memelankan suaranya, "sebaiknya kau tidak di sini."
"Ya, aku tahu."
Netra Hervé membulat. "Lalu? Kau tahu resiko apa yang bisa kau dapatkan? Lihat sekitarmu, media bisa di mana saja, mereka terkadang menyamar."
"Oh, sekarang kau peduli dengan media, huh?"
Hervé menghela napas kecil. "Maksudku, kau punya reputasi baik, namamu bersih dari hal-hal seperti ini. Bagaimana kalau mereka mulai menyebar rumor? Kau juga pasti sudah tahu seberapa kejamnya dunia entertainment."
KAMU SEDANG MEMBACA
Yesterday Once More
RomantikDalam perjuangannya untuk pulih dari cedera parah yang membuatnya absen dari dunia balap, Hervé Litto dihadapi masalah percintaannya dengan seorang driver DNCR berkebangsaan Spanyol, Marc Moreno. Di sisi lain, tim yang menyelidiki penyebab kecelakaa...