1

4.7K 140 13
                                    

Beberapa bulan kemudian Deva yang duduk santai di teras depan runah. Dia tengah memperhatikan aksi adu mulut antara kedua pria dewasa. Entah masalah apa yang terjadi antara mereka berdua.

Deva hanya menyaksikan saja sambil menikmati secangkir susu hangat ditemani cemilan. Suara mereka semakin keras satu sama lain dan pemuda itu tidak berusaha memisahkan sama sekali.

Tak lama ada sosok pria dewasa mengelus rambut Deva. Dia tersenyum mendapatkan perlakuan tersebut. Orang yang diketahui sebagai ayahnya duduk di samping sang anak dan malah ikutan menonton aksi ribut kedua pria dewasa.

"Cekcok kenapa sih?" tanya Fahri kepada anaknya.

"Kagak tahu. Gua pas keluar rumah udah ribut tuh," sahut Deva.

"Lu denger gak mereka ributin apaan?" tanya Fahri.

"Gua denger sih masalah betina," sahut Deva kepada ayahnya.

"Alah dasar cowok zaman sekarang," sahut Fahri.

Mereka berdua malah menonton saja. Bahkan Fahri tidak peduli melihat kedua pria itu berkelahi lagipula tidak ada senjata tajam disana.

Beberapa menit kemudian Fahri menghubungi seseorang karena dilihat kedua pria dewasa itu belum juga mengakhiri perkelahian.

Tak lama ada sosok kedua satpam komplek memisahkan mereka berdua. Kedua satpam bahkan sedikit heran melihat wajah tenang Fahri dan Deva.

Akibat penasaran Deva berjalan menuju kearah gerbang untuk menemui kedua pria dewasa yang berkelahi barusan. Wajah mereka terlihat babak belur dan sang ayah juga mengikuti langkah kaki anaknya.

"Saya kira anda tidak berada di rumah Pak Fahri," ujar salah satu satpam bertubuh tinggi bernama Joni.

"Malas memisahkan mereka. Daripada saya pisahkan mereka berdua lebih babak belur daripada itu," sahut Fahri santai.

"Ah saya mengerti, Pak," ujar Joni.

"Kan ada anak Pak Fahri," ujar satpam yang terlihat masih baru bernama Yoga.

"Pak Joni tidak lupa kejadian dimana Deva memisahkan orang-orang yang berkelahi?" tanya Fahri kepada Joni.

"Yah nak Deva mematahkan kedua tangan orang yang berkelahi waktu itu," ujar Joni sedikit ngeri menatap wajah Deva.

Di lingkungan perumahan memang sosok Fahri dan Deva cukup dihormati selain ilmu agama yang sangat bagus, di sisi lain mereka memiliki ilmu bela diri yang tidak main-main.

"Bawa aja ke polsek biar ditangani," ujar Fahri.

"Kami permisi pak Fahri dan nak Deva," ujar Joni.

Kedua satpam tersebut pergi dari hadapan Fahri dan Deva sambil menahan kedua pria yang mereka tangkap. Mereka berdua memang tidak ada rencana liburan ke suatu tempat minggu ini.

Lagipula setiap ide liburan dari Deva sendiri. Entah mungkin efek kebanyakan tugas Deva lebih memilih tidur saja selama libur.

Di ruang tamu Deva mengernyitkan dahi ketika mendengar acara tv mengenai beberapa hal. Dia menyimak dalam diam ketika merasa kehadiran sang ayah dia tiduran di paha Fahri.

"Aku malas mengurus politik. Lebih baik menggambar saja," keluh Deva.

"Yah siapa juga yang menyuruh kamu masuk ranah tersebut," sahut Fahri mengelus rambut anaknya.

"Kok tugas sekolahnya semakin banyak sih?!" protes Deva.

"Sebentar lagi kamu ujian nasional jadi guru akan mengejar materi," jawab Fahri.

"Ya udah Dev kuliah jurusan arsitektur saja!" pekik Deva.

"Terserah kamu," sahut Fahri.

"Dev kangen mama dan adek," celetuk Deva melihat wajah sang ayah.

Radeva (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang