29

496 46 2
                                    

Suasana di kediaman Fahri sangat ramai. Banyak sanak saudara dari pihak kedua orangtua asuhnya datang. Di satu sisi Deva sedang makan tanpa memperhatikan keadaan sekitar.

"Anak lu kenapa?" tanya seorang wanita berusia sekitar dua tahun lebih tua dari Fahri.

"Biasalah kak ada yang jahil sama Dev," jawab Fahri.

Ketika ada yang mendekat Deva menghindar membuat mereka tertawa akan respon cepat Deva. Sejak kecil Deva memang sulit didekati bahkan persahabatan dia terjalin akibat persahabatan ayahnya dulu.

"Kenapa Dev tidak dirawat di rumah sakit saja om?" tanya seorang gadis seusia Deva.

"Dev bilang berkeinginan lebaran di rumah saja dibandingkan di rumah sakit," sahut Fahri.

"Diantara keturunan kedua keluarga besar anak laki-laki hanya Deva maka dia yang paling dijaga," ujar seorang pria dewasa.

"Dev sudah terlalu banyak mendapatkan warisan bahkan ketika dia lahir," ujar Fahri menggaruk belakang kepalanya.

Di keluarga asuhnya seorang anak laki-laki memang jarang lahir. Jadi apabila ada bayi laki-laki lahir akan diberikan sebuah warisan yang tidak main-main. Jadi Deva saja seorang remaja pria diantara para sepupu yang merupakan seorang perempuan.

Maka dari itu Deva sedikit trauma akibat perbuatan mereka di masa lalu. Dulu Deva pernah dijadikan boneka mainan oleh mereka semua dimulai dipakai dress layaknya princess dan hal lain. Akibat perbuatan mereka Fahri jarang berkunjung ke mereka takut sang anak terbawa pergaulan salah.

"Papa!" panggil Deva.

"Kenapa nak?" tanya Fahri.

"Ada movie baru setelah lebaran," ujar Deva.

"Nanti kita tonton," jawab Fahri.

"Okey," sahut Deva.

Para pria sedikit heran akan interaksi antara ayah dan anak tersebut. Pria berwajah oriental yang sering dikira orang non muslim padahal dia china muslim. "Gua kadang heran sama cara komunikasi lu berdua?" herannya.

"Bang Deri kami tinggal seatap masa tidak saling memahami," jawab Fahri santai.

Mereka membahas banyak hal beda dengan Deva yang asyik sendiri menonton tv. Dia enggan bergabung bersama para sepupu disebabkan dia sendirian seorang laki-laki.

Seorang pria tiba-tiba merangkul pundak Deva ketika akan dihajar tidak jadi ternyata itu ulah sang kakek.

Angelo memberikan sebuah amplop kepada Deva. Diterima baik oleh Deva bahkan langsung memasukkannya ke dalam kantong baju koko.

Sang kakek menatap perban yang membalut kepala Deva. "Pelaku tersebut berapa orang?" tanya Angelo.

"Entahlah lupa. Papa telah memenjarakan mereka semua. Sebenarnya niat mereka salah untuk mengajakku minum alkohol," ujar Deva.

Angelo menepuk pundak Deva sang pemuda heran akan tindakan sang kakek. "Jaga ayahmu di masa tuanya nak. Seperti papa kamu jaga kedua orangtuanya," nasihat Angelo.

Deva tersenyum akan ucapan sang kakek. "Aku mengerti kok. Tanpa kakek suruh pun aku akan mencari seorang gadis yang mau membantuku mengurus ayahku di masa tuanya," jawab Deva.

Merasa terharu Angelo memeluk Deva sangat erat. Deva yang mendapatkan serangan dadakan tidak siap jadi dia hampir terjatuh untungnya ada seseorang menahan berat tubuhnya.

"Daddy!" kesal seseorang.

Mendengar alarm bahaya Angelo melepaskan pelukan dari Deva dan langsung berlari kearah sang istri Angelina. Di sisi lain Fahri menatap sang anak sangat khawatir. Menurut dokter luka Deva jangan dulu terkena air.

"Baik-baik saja nak?" tanya Fahri khawatir.

"Tentu pah," sahut Deva.

Sang pria dewasa memeluk tubuh sang anak bahkan menatap kesal Angelo. Angelo yang tidak mau menatap wajah anaknya malah mengalihkan pandangan.

"Awas ya daddy tidak boleh dekatin putraku!" pekik Fahri.

"Hey Dev cucuku tahu!" protes Angelo.

"Tetap saja Dev hadir karena aku dan Bella tahu!" pekik Fahri.

"Dih udah punya anak masih cengeng kamu!" ledek Angelo.

"Enggak ya!" pekik Fahri.

"Sudahlah kalian berdua," ujar Angelina melerai pertengkaran ayah dan anak.

"Badan aja tinggi kelakuan masih kayak bocah," sindir Fahrul.

"Biarin!" pekik Fahri.

Sang duda kembali memeluk tubuh Deva sangat erat. Sang anak menikmati saja bahkan perlahan dia mulai mengantuk mendapatkan elusan di punggung.

Mendengar suara nafas teratur Fahri menatap wajah sang anak. Deva telah tertidur lelap dalam dekapannya bahkan tidak terusik akan suara berisik.

"Pelor amat sih anak lu," ujar Roy.

"Dev masih sakit bang mungkin dia pusing makanya memilih tidur," ujar Fahri.

"Bagi Dev sosok Fahri itu memiliki dua peran ketika Bella tiada," ujar Angelina.

"Padahal kalau lu menikah lagi tidak akan sesulit ini lho, Ri," ujar salah seorang wanita disana.

"Menikah bukan karena gengsi kak. Kalau berpatokan oleh itu maka memilih pasangan akan sangat terburu-buru berakhir penyesalan," jawab Fahri.

"Memang kau tidak malu akan statusmu?" tanya wanita lain.

"Bagiku tidak. Lagipula aku bukan seorang pria yang menebar benih dimana-mana hingga menghasilkan seorang anak," jawab Fahri.

"Tuh kelakuan siapa!" sindir Roy.

"Entahlah kayak kenal," ujar Fahri.

"Abang aja menikah karena sudah siap secara lahir dan batin bukan karena hal lain," ujar Roy.

"Kulihat belakangan ini trend menikah muda menjamur. Padahal menurutku suatu pernikahan bukan perkara mudah."

"Apabila proses taaruf masih mungkin untuk dibatalkan. Tapi sebuah pernikahan apabila merasa tidak cocok sedikit prosesnya. Ditambah ada sosok anak yang telah hadir."

"Pernikahanku bersama Bella memang berjalan mulus tidak ada hambatan kecuali ekonomiku dulu."

"Sekarang aku memerlukan persetujuan Dev untuk menikah lagi," ujar Fahri.

"Lu ayah yang hebat Ri," puji seorang wanita.

"Jarang sekali seorang ayah memikirkan perasaan anaknya, bahkan kadangkala ketika kedua orangtua bercerai maka anak akan dilupakan," ujar Roy.

"Menjodohkan Fahri dengan beberapa gadis muda saja sulit," ujar Fahrul.

"Itu tidak akan berhasil," ujar Angelo.

"Kemarin kudengar Dev telah memberikan restu agar Fahri menikah lagi," ujar Fahrul.

Suasana disana menjadi heboh ketika mendengar itu semua. Para wanita memperlihatkan beberapa wanita cantik kepada Fahri.

Ketika ada wanita berpakaian seksi dengan refleks Fahri menutup kedua matanya. Orang yang memberikan foto tersebut langsung dipukul oleh Roy.

Beda lagi Deva malah asyik di dunia mimpi tanpa tahu bahwa sang ayah telah diberikan puluhan pilihan untuk menjadi calon ibu sambung Deva kelak.

Jangan lupa tinggalkan vote, komentar dan kritikan agar penulis semakin bersemangat menulis

Sampai jumpa

Minggu 21 Januari 2024

Radeva (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang