Ayah dan anak itu berjalan beriringan. Tarikan di belakang menghentikan langkah kaki Deva.
"Ada apa pah?" tanya Deva.
"Makan dulu yuk!" ajak Fahri.
"Ya udah ayo," ujar Deva.
Mereka berdua pergi ke salah satu restoran terdekat. Saat mencari keberadaan tempat duduk ada orang yang menepuk pundak Deva.
Deva sedikit bingung melihat orang di depannya. Seingat Deva dia tidak kenal dengan orang di hadapannya.
"Siapa?" tanya Deva.
"Aku Aska teman smpmu dulu," jawab Aska.
"Oh iya," jawab Deva.
"Pria di belakangmu siapa?" tanya Aska.
"Ayahku," jawab Deva.
Aska memperhatikan kearah Fahri yang nampak asyik memakan es krim. Mungkin dia sedikit heran akan tingkah laku Fahri.
"Ayahmu autis?" tanya Aska.
'BUG' sebuah pukulan tepat mengenai wajah membuat hidung Aska langsung berdarah.
"Jangan pernah berkata seperti itu kepada ayahku!" desis Deva.
"Aku mengatakan fakta. Ayahmu seorang pria kurang waras!" kede Aska walaupun darah keluar dari hidungnya.
Ketika Deva akan kembali memukul ditahan oleh Fahri. Melihat tindakan sang ayah membuat Deva tidak jadi menghajar orang di depannya.
"Nanti papa bantu lain kali," bisik Fahri di telinga sang anak.
"Ok," sahut Deva.
"Sepertinya akan menjadi berita heboh apabila aku beritahu kepada teman sekelas kita dulu," ujar Aska dengan nada meledek.
"Tinggal pilih saja tempat tinggalmu sementara saat dirimu menyebarkan hal tersebut," ujar Deva.
"Apa maksudmu?" tanya Aska.
"Rumah sakit atau jeruji besi?" tanya Deva.
Tatapan mata yang sangat tajam membuat Aska langsung berlari menjauh. Di belakang Fahri tertawa melihat tingkah Aska.
Setelah mencari tempat kosong akhirnya ketemu. Pemandangan dimana Fahri memegang belakang kemeja Deva menarik perhatian semua orang.
Anehnya Deva seolah tidak peduli pandangan orang lain. Di tempat duduk tak lama seorang pelayan memberikan sebuah buku menu kepada mereka.
Pelayan itu sedikit memperhatikan Fahri sejenak. "Jangan menatap ayahku seperti itu!" peringat Deva.
"Maafkan saya," ujar sang pelayan.
Deva membaca setiap menu yang berada disini. Dia melihat kearah sang ayah sejenak. "Papa mau makan apa?" tanya Deva.
"Nasi goreng sosis minumnya jus jeruk," jawab Fahri.
"Ada hal lain, pah?" tanya Deva.
"Itu saja," ujar Fahri.
"Saya nasi goreng, mie kwetiaw, dan jus strawberry dua," ujar Deva.
"Kok sedikit makannya?" tanya Fahri.
"Belum terlalu lapar pah," jawab Deva.
"Oh gitu," ujar Fahri.
Sang pelayan pamit diri untuk segera memberitahu orang bagian memasak tentang pesanan mereka. Di meja Fahri dia memperhatikan wajah sang anak dalam diam.
"Memang Dev tidak malu punya papa sepertiku?" tanya Fahri.
"Aku beruntung punya papa. Tidak ada rasa malu dariku mempunyai papa sebaik dirimu. Karena aku sudah kehilangan mama, dan aku belum siap kehilangan papa," sahut Deva.
KAMU SEDANG MEMBACA
Radeva (END)
Teen FictionBukan Cerita Berunsur BL/LGBT. Jadi stop mikir ini cerita tentang itu semua. Ini hanya kisah ayah dan anak saja tidak lebih. "Terpenting ada papa di sisiku aku merasa aman di dunia ini," Deva Start : 08 Februari 2024 Finish : 23 Juni 2024