27

522 46 4
                                    

Waktu berjalan sangat cepat saat ini gema takbir berkumandang ketika Deva berlari untuk berkumpul bersama orang lain. Gerakan Deva ditahan ternyata itu ulah sang ayah.

"Jangan ikutan mabuk dengan pemuda lain," peringat Fahri kepada sang anak.

"Aku mengerti pah," jawab Deva.

Deva mencium tangan kanan Fahri lantas berlari pergi menuju masjid terdekat kompleks. Ada sosok pria paruh baya memperhatikan interaksi ayah dan anak tersebut.

Di perjalanan menuju masjid suara takbir membuat Deva tersenyum. Dia amat suka gema takbir mengingatkan dirinya tentang kenangan masa lalu.

Beberapa tahun lalu

Anak kecil berusia lima tahun tengah menarik tangan sang ayah disebabkan mendengarkan gema takbir. Tak lama ada sang ibu menghentikan tindakan anaknya.

"Dev kasihan papa lho. Dia baru pulang kerja tadi sore," ujar Bella.

"Sekarang takbiran tahu mama! Dev mau ke masjid bersama papa!" pekik Deva.

"Papa akan ikut dengan Dev. Mama di rumah saja anak kita kalau mendengar suara takbir memang sangat antuasis," jawab Fahri.

"Sayang ayolah jangan memanjakan anakmu," sahut Bella.

"Dev putraku aku tidak memanjakan dia kok," sahut Fahri.

"Minggu kemarin kau membelikan mobil mainan harga jutaan padahal tidak ada uang itu namanya apa?" sindir Bella.

"Uangnya itu aku pinjam ke daddy kok nanti aku ganti kalau proyekku berhasil," sahut Fahri.

"Alasan banget," sindir Bella.

"Tuh Dev wajahmu kalau menyindir orang lain persis mama kamu," sahut Fahri.

"Wajar lha Dev anak mama," sahut Deva.

"Sudahlah papa pundung malas mengantarmu ke masjid," keluh Fahri.

Sang ayah melepaskan pegangan tangan anaknya dan memilih masuk ke dalam kamar. Deva berkedip beberapa kali melihat respon ayahnya.

"Mama kok mau sama papa yang baperan?" tanya Deva heran.

"Papa bukan baperan hanya lelah," sahut Bella.

"Setiap Dev mengenai papa pasti begitu," gerutu Deva tidak suka.

"Sejak kecil Papa tidak mendapatkan kenangan yang manis jadi mungkin dia sedikit canggung berinteraksi denganmu," jawab Bella.

"Dev tidak paham mama," bingung Deva.

Balita berusia lima tahun itu bahkan memiringkan kepalanya tidak paham akan ucapan sang ibu.

"Seiring berjalannya waktu Dev akan paham kok," sahut Bella.

"Dev!" panggil Fahri.

"Sana dipanggil papa," ujar Bella.

"Malas," sahut Deva.

Wanita muda itu menggendong sang anak menuju ke kamar mereka. Disana ada Fahri tengah terlentang Deva yang memang jahil meminta turun dari gendongan sang ibu. Balita yang memiliki tubuh berisi itu duduk di perut ayahnya. Nampak jelas wajah Fahri memerah akibat perbuatan anaknya sendiri.

"Sayang kamu memberikan makan berapa kali sih sama Dev?" tanya Fahri.

"Lima kali untuk hari ini," jawab Bella.

"Pantes anak papa ini gemuk sekali," sahut Fahri mencubit kedua pipi bakpao Deva.

"Sakit tahu!" protes Deva.

Radeva (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang