3

1.3K 70 2
                                    

Pertemuan antar wali murid diadakan di sekolah untuk membahas mengenai persiapan ujian nasional mendatang dan biaya kelulusan. Di sisi lain para siswa kelas dua belas tengah asyik menikmati makanan di kantin karena para guru tidak masuk kelas.

Sosok pria dewasa bersama Deva menarik perhatian para siswi disana. Yah itu Fahri dia tidak mengikuti rapat wali murid malah menyuruh Rey untuk mewakilkan.

"Kok papa tidak mengikuti rapat itu sih?" heran Deva.

"Mager," sahut Fahri santai.

Alis Deva mengerut tanda kesal akan ucapan sang ayah. Memang ayahnya ini bukan tipikal orang yang tidak betah berhadapan dengan situasi membosankan. Makanya kadangkala ketika meeting bersama klien sering kabur.

"Dev habis ini hangout yuk!" ajak Fahri.

"Lha emang kagak ada meeting?" tanya Deva kepada sang ayah.

"Malas tahu Dev. Klien gua siang nanti tante girang mana sering godain mulu," keluh Fahri kepada anaknya.

"Bajunya ketat, pake bedak menor dan belahan dadanya kelihatan?" tanya Deva.

"Beuh bener! Kan imanku goyah Dev lihat itu semua. Daripada nambah dosa mending kabur duluan gua biar aman," ujar Fahri.

"Kok lu bisa dapet klien modelan gitu?" heran Deva.

"Mana gua tahu. Namanya bagus padahal eh ternyata tidak dengan kelakuannya," ujar Fahri.

"Elu mah cari klien berdasarkan nama sih," ujar Deva memutarkan matanya malas.

"Kelakuan sekretaris gua sebelumnya. Mana gua tahu bahwa akan seperti ini," keluh Fahri.

"Kebiasaan," ujar Deva.

"Hari ini libur kerja dulu. Males banget maunya healing," keluh Fahri.

"Aku sebentar lagi kuliah lho," ujar Deva.

"Uang papa masih banyak di tabungan," ujar Fahri.

"Yah kan keseringan diminta sama kakek mana cukup," ujar Deva.

"Tuh ada tambang batu bara bisa dijual kalau biaya kuliah kamu kurang," ujar Fahri santai.

"Yeah dasar," sahut Deva.

"Hahahaha," tawa Fahri.

"Atha kagak sekolah dia jagain adek katanya," ujar Deva.

"Gua walaupun menikah lagi tidak bakalan memberikan keturunan bagi istri baru," ujar Fahri santai.

"Jangan bilang ucapan om benar adanya," ujar Deva menebak.

"Gua pikir cukup dua anak saja. Lu dan Rania yang telah berada di surga," ujar Fahri.

"Rapat kali ini palingan mengenai duit," ujar Deva mengerti maksud rapat kali ini.

"Uang spp lu bulan ini belum gua bayar. Nanti gua transfer aja sama guru bersangkutan," ujar Fahri.

"Biasanya juga langsung bayar satu tahun penuh," ujar Deva.

"Males bayar duit dalam jumlah sedikit," ujar Fahri.

"25 juta sebulan dibilang murah," ujar Deva.

"Yah cuma sekolah ini yang biaya nya lumayan dibandingkan sekolah lu sebelumnya," ujar Fahri santai.

"Makanya gua lebih suka sekolah negeri dibandingkan swasta. Eh lu malah masukkan gua ke swasta mulu," keluh Deva.

"Perkara duit bisa gua cari. Lagipula di sekolah lu sebelumnya spp tiap bulan cuma 250 ribu sebulan. Padahal pas zaman papa cuma 25 ribu," ujar Fahri.

Radeva (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang