47

439 40 6
                                    

Sesuai janji hari ini ayah dan anak tengah berada di dalam mobil berdua. Rencana mereka akan memantau beberapa kampus untuk menentukan pilihan Deva.

Saat ini yang menyetir adalah Deva. Mereka berdua memang terbiasa bergantian ketika mengemudi. "Dev heran kenapa papa dulu melarangku untuk berkendara," ujar Deva.

"Memang ketika lu melakukan sesuatu melarang hukum siapa yang bertanggung jawab?" tanya Fahri.

"Papa," sahut Deva.

"Tuh tahu. Setidaknya saat berusia tujuh belas tahun sifatmu sedikit lebih dewasa," ujar Fahri.

"Ulang tahun Dev mau sesuatu yang spesial," ujar Deva.

Fahri menatap malas sang anak. "Jangan minta hal aneh seperti tahun lalu," ujar Fahri.

"Tidak aneh tahu. Dev cuma minta agar papa menggunakan daster saja," ujar Deva santai.

"Tetap saja papa seorang pria dewasa mana mau berpakaian seperti wanita," ujar Fahri.

"Bulan kemarin pas aku event itu masa ketemu hal yang apes sih," ujar Deva.

Sang duda melirik kearah sang anak. "Memang disana kenapa? kamu belum menceritakan hal tersebut," ujar Fahri.

"Event waktu itu aku cosplay sasuke kan. Eh disana bertemu sakura cantik banget orangnya. Yah udah aku ajak foto saja," ujar Deva.

"Lha itu mah beruntung kali," ujar Fahri.

"Pas dia berbicara suaranya ngebass banget disana aku langsung berlari menjauh," ujar Deva membayangkan momen tersebut.

"Hahaha ketemu cowok cantik," tawa Fahri.

"Argh papa!" kesal Deva.

Fahri meminta maaf kepada sang anak. "Kamu jangan meniru tindakan tersebut ya. Papa mengizinkan kamu cosplay asal sesuai dengan gendermu," ujar Fahri.

"Bulan depan aku ada event lagi," ujar Deva.

"Jadi juri kembali?" tanya Fahri.

"Yah gitu," sahut Deva.

"Papa heran kamu jadi terjebak disana," ujar Fahri.

"Pas aku kecil papa yang bawa aku ke event untuk cosplay," ujar Deva.

"Sekarang papa jarang menemanimu untuk ke event dikarenakan banyak pekerjaan numpuk," ujar Fahri.

"Dev tidak masalah kok asal papa tidak ingkar janji saja," ujar Deva.

"Papa dan mama pas awal pernikahan sering bertengkar," ujar Fahri.

"Bukannya enggak ya?" heran Deva.

"Sebelum kamu lahir lebih tepatnya. Waktu itu memang masanya untuk masa sibuk anak kuliahan. Jadi banyak sifat papa yang seringkali jadi pemicu pertengkaran," ujar Fahri.

"Sifat papa yang mana?" tanya Deva.

"Mengenai tentang janji dan tidak mendengarkan ucapan orang lain," ujar Fahri.

"Lho papa kok?" bingung Deva.

"Sifat papa sekarang merupakan hal yang dirubah oleh mama sebelum kamu hadir di dunia ini," ujar Fahri.

"Dulu memang papa sering mendapatkan janji palsu, dan tidak didengarkan ya segala keluh kesana?" tanya Deva.

"Sering malahan hingga papa muak, dan memilih mendapatkan itu sendiri saja," jawab Fahri.

"Salah satu yang paling membekas apa?" tanya Deva.

"Perkara susu," ujar Fahri.

"Susu?" beo Deva.

Radeva (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang