2

1.9K 91 2
                                    

Suasana di sebuah penjara pusat kota Bandung nampak seperti biasa. Hanya saja seorang remaja dan pria dewasa di sampingnya yang diketahui sebagai asistennya. Dia Deva bersama David pemuda itu berniat menjenguk sang paman.

Perkataan Deva mengenai memenjarakan sang paman benar-benar dia lakukan. Semua bukti-bukti dia kumpulkan sendirian bahkan sangat cepat tanpa hambatan. Sang ayah tidak melarang tindakan Deva sama sekali.

Bahkan hebatnya dia juga berhasil menjebloskan seorang wanita yang mengaku sebagai ibunya. Ketika seorang polisi membawa sang paman tatapan kesal terlihat jelas olehnya.

Selesai polisi keluar ketika pamannya akan mendekat dihalangin oleh David. Decakan kesal terdengar jelas olehnya.

"Aku memberimu pilihan menarik om," ujar Deva.

"Jangan mempermainkan diriku bocah!" kesal Aldo.

"Ya sudah. Berarti kau tidak mau anakmu melanjutkan kuliah," ujar Deva dengan seringainya.

"Kau!" kesal Aldo menarik kerah baju Deva.

Pemuda itu melepaskan tarikan Aldo dari kerah bajunya. Wajah Deva nampak serius dan memberikan sebuah map kepada Aldo. Aldo membacanya bahkan sedikit menggeram marah karena isinya.

"Apa maksudmu dengan keluargaku tidak berhak atas semua kekayaan Hendra?!" kesal Aldo kepada Deva.

"Ayahku telah memberikan lebih kepada kalian setiap bulannya. Aku hitung bahkan lebih dari sepuluh miliar sejak awal kalian meminta hingga kemarin," ujar Deva santai.

"Lagipula ayahmu tidak keberatan sama sekali," ujar Aldo santai.

"Hati ayahku terlalu baik terlahir dari keluarga titisan setan seperti kalian," ujar Deva santai.

"Bajingan!" kesal Aldo.

"Kau tanda tangan itu maka aku akan membebaskanmu dari sini. Tapi kau juga perlu menjauh dari ayahku!" tegas Deva.

"Kenapa kau perlu hadir untuk menjadi anaknya Hendra?!" kesal Aldo.

"Allah menghadirkan diriku agar diriku bisa membalas semua perbuatan kalian kepada ayahku di masa lalu. Ternyata Allah sangat baik terhadap ayahku," ujar Deva santai.

"Aku tidak akan tanda tangan!" ujar Aldo tegas.

"Baiklah. Aku permisi. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu," pamit Deva.

Tidak lupa Deva mencium tangan Aldo sebelum pergi. Tindakan Deva membuat Aldo kaget.

Di luar kantor polisi ada Fahri bersama sekretaris dan asistennya. Hembusan asap rokok keluar dari mulut Fahri sementara kedua pria lain memilih diam saja.

"Anak lu rasa sayangnya besar banget sama lu," komentar Rey.

"Entahlah padahal gua rasa biasa saja," sahut Fahri.

"Mungkin bagi bos biasa cuma tuan muda mengganggap itu luar biasa," ujar Dwi.

Fahri membuang putung rokok yang telah habis. Dia kembali menyalakan sebatang rokok. "Gua memberikan rasa sayang selayaknya orangtua saja," ujar Fahri.

"Papa!" pekik Deva.

"Tuh datang anaknya," ujar Rey.

Fahri membuang rokok yang baru saja dia nikmati sedikit tak lupa menginjaknya. Deva berlari kearah Fahri kedua orang di sebelah Fahri mengerti lebih memilih menjauh.

Pelukan erat didapatkan Fahri. Entahlah dia suka ketika Deva menyambut kedatangan dia sangat antusias.

"Papa tidak rapat?" tanya Deva memiringkan kepalanya kepada Fahri.

Radeva (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang