18

610 59 16
                                    

Beberapa hari kemudian Deva tengah mendengarkan ceramah Ustadz mengenai puasa. Seperti biasa setiap ramadhan maka diadakan pesantren kilat di sekolah. Sebenarnya Deva disuruh untuk memberi ceramah cuma tidak bisa dikarenakan masalah pribadi dia belum selesai.

Hasil tes DNA tentang ketiga anak yang mengaku sebagai anaknya belum keluar. Cukup sulit untuk mengambil sampel rambut dari masing-masing anak.

Untungnya dengan otak cerdas Rey dia mampu mengambil setiap peluang untuk mendapatkannya. Di tempat lain tengah ada keributan dikarenakan seorang pria dewasa mulai merasa malas mengenai berita yang tersebar di media.

"Ingat kedekatan kita sebatas rekan bisnis bukan lebih!" tegas Fahri kepada sang wanita di hadapan dirinya.

"Kau tidak perlu menyangkal mengenai kedekatan kita berdua mas," ujarnya sang wanita.

"Dengar nona aku memang seorang duda bukan berarti aku membutuhkan seorang istri!" tegas Fahri.

"Cih kau tidak normal," remehnya.

"Kau yang lebih gila. Dulu kau menghinaku sekarang mengejarku tidak tahu malu," sindir Fahri.

"Berita mengenai pertunangan kita berdua telah tersebar luas di media," ujar wanita tersebut.

"Aku bisa dengan mudah menghabisi anakmu apabila aku mau!" ancam Fahri.

"Lakukan saja aku tidak akan ancamanmu!" tantangnya.

"Oi Rey!" panggil Fahri.

Tak lama Rey masuk dengan sosok anak kecil perempuan yang telah dia todong dengan sebuah pistol. Terlihat jelas bahwa sang anak ketakutan akibat hal tersebut.

"Kau hapus berita tersebut atau aku akan menerormu tanpa ampun!" ancam Fahri.

"Kau berubah!" pekiknya.

"Aku tidak berubah hanya saja tidak naif seperti dulu," sahut Fahri.

Sang wanita menghubungi seseorang untuk menjalankan aksinya. Fahri diam saja menyaksikan kelakuan wanita yang berada di hadapannya.

Di sekolah Radeva Internasional School suasana berubah ketika ada puluhan orang berbadan besar menerobos masuk. Salah satu dari mereka menarik kerah baju Deva. Dengan mudah Deva melepaskan tindakan pria tersebut.

"Lebih baik kau menyerah dibandingkan mati di tangan kami bocah," ujar sang bos.

"Tidak ada kata menyerah dalam kamus hidupku," sahut Deva.

Para guru memilih mengevakuasi para murid dari aula membiarkan Deva menangani para pria tersebut. Mereka tahu sang tuan muda ahli bela diri dan di kejauhan ada sosok lain tengah memperhatikan Deva dari kejauhan.

"Mengurus bocah ini mudah," ujar Dito.

Yah Dito salah satu pengawal pribadi Deva. Memang sejak penculikan Deva dulu dia mendapatkan dua pria tersebut untuk menjaga dirinya. Walaupun dia ahli dalam bela diri disebabkan dimasukkan ke akademi karate oleh sang ayah ketika kecil.

Saat sebuah pedang mengarah tepat ke leher Deva dengan mudah dia menghindar. Dia menendang tangan sang pria membuat pedang terjatuh. Dengan mudah Deva menancapkan pedang tersebut ke bahu sang pria agar tidak bergerak suara teriakan tidak dia anggap.

Selesai mengurus mereka ada lima orang langsung mengepung Deva. Pemuda itu membuka dua kancing atas koko yang dia gunakan. Ketika mereka menyerang dia hanya sedikit menunduk membuat kelima pria tersebut terbentur satu sama lain.

Suara tepuk tangan terdengar oleh Deva. Dia menatap malas ketawa Dito yang malah menonton dirinya tanpa berniat membantu sama sekali.

"Om memakan gaji buta," ujar Deva.

"Lu aja hebat bela diri untuk apa dibantu," sahut Dito santai.

Dia heran kedua pengawal dia tidak ada yang beres. Rey yang doyan sekali mengadu kepada Fahri apabila Deva telat makan sedangkan Dito yang sering menonton dia bertarung tanpa membantu sama sekali.

Dia kadangkala bertanya kepada sang ayah guna kedua pengawal dia untuk apa sih selain menjaga dirinya. Dengan santai Fahri menjawab bahwa anggap saja mereka berdua anak buahmu yang bebas kau suruh apapun.

Yah Deva melakukan apa yang diberitahu Fahri bahkan dia sering menjahili kedua pengawalnya.

Kembali ke pertarungan seolah belum puas salah satu dari mereka menyodorkan sebuah pistol kearah Deva. Namun sepertinya pemikiran sang pria berbeda dengan reaksi yang dia lihat. Sang mangsa malah berbalik memangsa dirinya bahkan tanpa ada raut ketakutan sama sekali.

Beberapa menit kemudian Deva berhasil mengalahkan mereka dengan santai Dito menghampiri Deva yang mengatur nafasnya.

"Lu mau minum gak bos muda?" tanya Dito.

"Aku puasa," sahut Deva.

"Gua lupa perkara itu," sahut Dito.

Suara panggilan dari salah satu hp terdengar Dito menggeledah mereka satu persatu ternyata di saku sang bos pria tersebut. Dito mengangkatnya bahkan mengaktifkan loudspeaker.

Penelepon : Bagaimana kau berhasil mengalahkan bocah tersebut?

Deva merebut hp yang berada di tangan Dito.

Deva : Ayolah tante pasukanmu hanya kumpulan petarung amatir

Penelepon : Hah?!

Good job son." Suara Fahri terdengar jelas dari seberang sana.

Deva : Lanjutkan tindakanmu papa. Aku aman disini

Baiklah." setelah mengatakan hal tersebut panggilan terputus.

Deva memperhatikan sekeliling aula sekolah. Dia menyuruh Dito membersihkan para pria dewasa agar keluar dari aula agar dirawat di rumah sakit.

Selesai memerintah Deva berlalu pergi menuju sebuah taman sekolah untuk sedikit beristirahat sejenak.

Di kantor Fahri menatap meledek kearah sang wanita di depannya. Pria itu tahu bahwa sang anak dengan mudah mengalahkan siapapun sekarang tetap saja sebagai orangtua ada rasa khawatir untuk sang anak.

Jangan lupa tinggalkan vote, komentar dan kritikan agar penulis

Sampai jumpa

Senin 25 Maret 2024

Radeva (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang