43

387 32 10
                                    

Gedung putih khas rumah sakit membuat seorang remaja menatap malas hal tersebut. Dia sering kesini akibat tindakan ceroboh dia sendiri. Sekarang dia juga telah disini kembali untuk mendapatkan perawatan atas luka di bahu kanannya.

Ada sekitar enam jahitan yang dia dapatkan atas luka di bahu. Sekarang dia tengah menonton film kartun di ponsel sang ayah. Fahri izin ke kantin sebentar untuk membeli makan siang.

Suara pintu terbuka menghentikan tindakan Deva untuk menonton. Disana ada sosok sang kakek dari pihak sang ibu. Tatapan Deva seketika waspada melihat kehadiran pria paruh baya tersebut.

Deva berusaha tersenyum kearah sang kakek. "Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu grandpa!" sapa Deva.

"Waalaikum salam," jawab Wilson.

Yah dia Wilson Junior ayah kandung Bella. Seorang kakek yang menjadi penyebab sang cucu mengalami trauma hingga saat ini.

Sejak dulu Wilson mengharapkan seorang cucu perempuan namun takdir berkata lain. Deva lahir membuat dia sedikit kesal terhadap sang cucu sendiri.

Mungkin waktu itu Deva kecil berpikir bahwa kakeknya lelah bekerja saja. Ketika dewasa dia mulai mengerti bahwa sang kakek tidak menyukai dirinya.

"Grandpa ingin bertemu papa?" tanya Deva.

"Tidak perlu," jawab Wilson.

"Baiklah," ujar Deva.

Deva memilih diam saja namun tatapan dia tetap waspada kearah sang kakek. Memori dia tidak salah mengingat bagaimana perlakuan sang kakek dulu ketika kematian sang ibu.

Alasan kuat Wilson merestui Fahri dan Bella disebabkan harta. Ternyata Fahri tidak diizinkan menggunakan harta orangtuanya. Malahan mereka mendidik Fahri untuk mandiri.

Bahkan Deva pernah dengar bahwa sang ibu sempat akan pisahkan secara paksa oleh Wilson dari Fahri. Namun untungnya waktu itu ada kehamilan dia yang menyelamatkan rumah tangga kedua orangtuanya.

Mungkin itu alasan Wilson kurang menyukai kehadiran Deva saat ini. "Seharusnya aku memiliki seorang cucu perempuan saat ini. Apabila waktu itu Bella tidak mengorbankan diri dia demi anak bodoh sepertimu," ujar Wilson.

Deva berusaha mempertahankan senyuman. Walaupun hati dia kembali terluka akibat ucapan sang kakek. "Aku mengerti bahwa diriku bodoh. Aku bahkan tidak naik kelas dua kali," ujar Deva.

"Kau tahu dalam waktu dekat ada seseorang akan membunuhmu atau mungkin ayahmu itu," ujar Wilson.

"Grandpa benar-benar membenciku?" tanya Deva sedih.

"Ya. Aku bahkan malas berbicara denganmu," sarkas Wilson.

"Aku cucu kandungmu," ujar Deva.

"Lebih baik kau mengharapkan kasih sayang tersebut dari Angelo dan Angelia. Mereka kakek dan nenek angkatmu. Dan yah mereka juga orang tua angkat Fahri," jawab Wilson santai.

"Ucapanmu seperti biasa sangat keterlaluan ayah mertua," ujar seseorang.

Sosok Fahri membuat Wilson sedikit malas mengenai itu. "Lebih baik nikmati waktumu kali ini. Ingat ucapanku akan menjadi kenyataan," ujar Wilson.

Setelah mengatakan hal tersebut Wilson pergi begitu saja. Tidak peduli akan kepergian Wilson sang duda lebih memilih mendekati sang anak.

Dia menepuk kepala sang anak yang menatap kepergian sang kakek. "Grandpa mengatakan apa?" tanya Fahri kepada sang anak.

"Seperti biasa," jawab Deva.

"Heran papa sama kakekmu satu itu," sahut Fahri.

"Dev punya tiga kakek tidak beres semua," ujar Deva.

Radeva (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang