*12*

149 26 5
                                    

Farka melangkah dengan hati-hati melalui lorong-lorong mall mewah, wajahnya tertutup masker untuk menyembunyikan identitasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Farka melangkah dengan hati-hati melalui lorong-lorong mall mewah, wajahnya tertutup masker untuk menyembunyikan identitasnya.

Dia mengenakan Beanie Christian hitam merek Dior, berharap agar orang-orang tidak mengenalinya sebagai seorang model terkenal yang sering menjadi sorotan para netizen.

Dalam perjalanan menuju toko pakaian, Farka merasa tegang. Dia tahu bahwa memilih gaun pengantin adalah langkah penting dalam persiapan pernikahannya.

Saat memasuki toko pernikahan, matanya langsung tertuju pada satu gaun sederhana berwarna putih yang terpampang di manekin.

Meskipun sederhana, gaun itu memiliki detail yang indah dan elegan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Meskipun sederhana, gaun itu memiliki detail yang indah dan elegan. Farka tahu bahwa inilah gaun yang dia cari untuk Casandra agar terasa ringan saat dipakai.

"Ukurannya pas dengan tubuh Casandra yang sedang mengandung" gumamnya dalam hati, senang dengan pemilihan gaunnya.

Dia membayangkan bagaimana nanti gaun itu akan mempercantik penampilan calon istrinya saat dia berjalan di lorong pernikahannya.

Setelah memutuskan untuk membeli gaun itu, Farka melanjutkan perjalanan belanjanya.

Dia pergi ke pusat pembelanjaan untuk membeli susu ibu hamil dan vitaminnya, memastikan bahwa kesehatan dan kebutuhan nutrisinya selama kehamilan terjamin.

Dia juga tidak lupa membeli beberapa cemilan memikirkan bahwa makanan ringan akan memberikan energi tambahan untuk Casandra.

🍃

Casandra terbangun dari mimpi buruknya, nafasnya tersengal-sengal saat ia memeluk dadanya yang berdegup kencang.

Dia menggeliat, mencoba melepaskan diri dari efek menakutkan mimpi tersebut.

"Hah,hanya mimpi?" gumamnya, sambil mengusap wajahnya yang berkeringat.

Rasa frustasi dan trauma masa kecilnya masih membekas kuat dalam ingatannya, meninggalkan jejak yang belum sembuh.

Perempuan itu perlahan-lahan melirik ke arah jam dinding di sebelahnya. Jarum-jarumnya menunjukkan pukul tiga sore, mengingatkannya bahwa waktu terus berjalan tanpa henti.

Popo Anka's Patience [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang